Ini Cara Shanti Tolani Board of Director MMAGlobal Melepaskan Stigma

Vregina Voneria Palis - Jumat, 30 Juli 2021
Shanti Tolani, Country Head dan Board of Director dari MMAGlobal.
Shanti Tolani, Country Head dan Board of Director dari MMAGlobal. mmaglobal

Parapuan.co - Kawan Puan, stigma yang dilekatkan pada perempuan sering kali menjadi tembok penghalang yang memisahkan perempuan dengan mimpinya.

Mirisnya, tidak banyak dari kita yang mampu melewati tembok penghalang atau stigma tersebut.

Melihat persoalan tersebut, Arisan Parapuan episode lima bertajuk Perempuan VS Stigma mengundang Shanti Tolani sebagai narasumber.

Shanti Tolani adalah Country Head dan Board of Director dari MMAGlobal.

Dalam Arisan Parapuan episode lima, Kamis (29/07/2021) lalu, Shanti menyampaikan beberapa pengalamannya dan bagaiamana ia mampu melewati stigma yang disematkan padanya.

Ya, sama halnya dengan perempuan lain, Shanti juga harus berhadapan dengan stigma yang disematkan padanya, Kawan Puan.

Baca Juga: Ini Penyebab Orang Selalu Penasaran dengan Masalah Orang Lain di Media Sosial

"Tentu saja, sebagai perempuan asia yang tadinya tinggal di India, sekarang udah 12 tahun di Indonesia, itu stigma ikut saya kemana-mana,'

Menurut cerita Shanti, ada dua jenis stigma yang dihadapinya, stigma di bidang profesional dan stigma dalam kehidupan pribadinya.

Dalam ranah profesional, Shanti mengaku selalu mendapat stigma terlalu ambisisus dalam bekerja.

"Stigmanya itu, 'Waduh, ibu-ibu ini terlalu ambisisus, she over ambisius','Oh my god dia gila kerja'," ceritanya.

Dari beberapa stigma yang dilekatkan padanya, ada satu stigma yang sempat membuat Shanti merasa sedih.

"Yang paling bikin saya sedih, sampai aku beneran ya, sampe nangis beberapa jam, adalah stigma seperti 'Oh dia kehilangan sisi femininnya', its really make me sad," ucap Shanti.

Ia juga sering dianggap tidak membutuhkan siap-siapa lagi karena terlalu mandiri.

Dari sisi kehidupan pribadi, Shanti menyampaikan bahwa kondisinya yang masih single dan  tidak muda lagi, membuatnya sering mendapat stigma terlalu pemilih dalam hubungan.

"Sering digosipin, ''Oh my god, mungkin dia terlalu pemilih, mungkin dia terlalu menghakimi pria, mungkin dia terlalu keras kepala makanya enggak ada yang mau," curhat perempuan 42 tahun ini.

Stigma-stigma yang dialami Shanti ini tentu sempat membuatnya merasa sedih, Kawan Puan.

Baca Juga: Mengenal CEDAW, Konvensi Mengenai Diskriminasi Terhadap Perempuan

Namun demikian, Shanti menemukan jalannya sendiri untuk mengatasi stigma yang ditujukkan padanya tersebut.

Fondasi dari dalam yang kuat

Menurut Shanti untuk bisa melawan stigma yang dilekatkan oleh orang lain, kita harus bisa mengenali dan jujur pada diri kita sendiri.

Apakah kita bahagia dengan keputusan yang sudah kita ambil atau tidak.

Fondasi dari dalam inilah yang harus kita kuatkan agar bisa menghadapi stigma yang diberikan.

"Kita harus jujur sama diri sendiri, kita enggak bisa main-main, kita mau bohongin orang lain oke, tapi kita enggak bisa bohongin diri sendiri.

"Apakah kamu bahagia dengan situasi itu atau tidak , jika kamu enggak bahagia, itu masalah, karena nanti kena tonjokan dari luar sebagai stigma, kita nanti drop, emotion nya down," jelasnya.

Berkomunikasi

Kawan Puan, terkadang stigma itu sendiri diberikan oleh orang-orang terdekat kita, mulai dari keluarga hingga teman dekat.

Saran Shanti, kita harus bisa mendengarkan terlebih dahulu saran mereka, toh mereka pasti juga ingin yang terbaik untuk kita.

Baca Juga: Bentuk Women Support Women yang Bisa Kita Pelajari dari Film Moxie

"Kita harus paham, bahwa mereka juga care, sebenernya. Mereka peduli dan sayang sama kita. Tapi mereka enggak paham bagaimana perasaan kita. Jadi solusinya dengerin saran mereka, tapi berkomunikasi juga perasaan saya seperti ini, pikiran saya seperti ini,"sarannya.

Kawan Puan, itu dia cara Shanti melawan stigma yang dilekatkan padanya.

Semoga apa yang di bagikan oleh Shanti ini dapat bermanfaat ya!(*)