Jangan Disepelekan! Ini Dampak Fast Fashion dan Perilaku Konsumtif Pada Ancaman Limbah Pakaian

Citra Narada Putri - Rabu, 21 Juli 2021
Industri fashion dan perilaku konsumtif masyarakat turut berkontribusi pada menumpuknya limbah pakaian yang sulit didaur ulang.
Industri fashion dan perilaku konsumtif masyarakat turut berkontribusi pada menumpuknya limbah pakaian yang sulit didaur ulang. Getty Images | Ziga Plahutar

Mengurangi dari Sumbernya

Hanya menunggu langkah dari pemerintah untuk mengatasi masalah limbah pakaian tentu bukan hal yang bijak dilakukan.

Secara cepat, seharusnya masyarakat bisa secara paralel meminimalisir masalah sampah tekstil yang tak kalah berbahayanya dengan limbah plastik maupun makanan.

Seperti yang disampaikan oleh Aretha, “Intinya memang kita harus sebisa mungkin mengurangi sampah sebesar-besarnya agar tidak berakhir di TPA dan membebaninya.”

Bukan tanpa sebab, kemampuan dan kapasitas TPA untuk mengolah serta menampung sampah sangatlah terbatas.

Terlebih lagi belum ada teknologi yang cukup mumpuni kita miliki untuk mengolahnya.

“Coba bayangkan kalau nanti TPA sudah overloaded dan tidak ada tempat untuk buang sampah, lantas gimana? Mau kemana sampah itu dibuang?” ujar Aretha resah, mengingat kini sampah yang masuk ke TPA mencapai 140 kali lipat lebih banyak daripada daya olahnya.

Saling menyalahkan siapa yang salah dan siapa yang harus bertanggung jawab dari isu limbah pakaian tentunya tak akan menyelesaikan masalah.

Baca Juga: Serat Kain Ini Tak Hanya Merusak Lingkungan, Tapi Juga Buruk Bagi Kesehatan

Kita sebagai pengguna bisa mengontrol apa yang kita kenakan sehari-hari dan turut berpartisipasi mengurangi sampah dari sumbernya.

Kita sendiri yang harus bisa memilih mana yang kira-kira kebutuhan dan keinginan.

Apakah kita harus selalu membeli pakaian baru hanya demi mengikuti tren tanpa mengindahkan dampaknya pada lingkungan?

Alih-alih menjadi konsumtif, Aretha pun menyarankan untuk menerapkan gaya hidup dengan pedoman quality over quantity.

“Pilih produk (pakaian) yang memang agak mahal tapi berkualitas dan bisa tahan lama. Itu lebih baik dibandingkan kita membeli yang murah tapi berkali-kali dan berujung dibuang,” jelasnya.

Gaya hidup masyarakat yang konsumtif adalah salah satu cikal bakal kehidupan yang tidak berkelanjutan.

“Jadi memang at the end of the day, kembali lagi ke tangan konsumen agar lebih hati-hati dan bijak dalam menggunakan serta memilah sampah pakaian karena ketika kita ingin berupaya supaya sampah itu tidak masuk ke TPA. Karena kalau tidak kita siapa lagi?” tutupnya.(*)

Baca Juga: Ternyata, Tak Semua Brand Label 'Green Fashion' Mempraktikkan Mode Berkelanjutan