Kritisi Sampah Plastik di Malawi, Inilah Sosok Gloria Majiga Kamoto

Vregina Voneria Palis - Kamis, 17 Juni 2021
Gloria Majiga Kamoto, aktivis lingkungan asal Malawi
Gloria Majiga Kamoto, aktivis lingkungan asal Malawi amp.cnn.com

 

Parapuan.co - Kawan Puan, Malawi adalah salah satu negara yang saat ini sedang berjuang mengurangi pemakaian plastik sekali pakai.

Melansir dari situs CNN, diperkirakan ada sekitar 75.000 ton plastik diproduksi di Malawi setiap tahunnya.

Mirisnya, 80% dari plastik yang diproduksi tersebut dibuang begitu saja setelah digunakan.

Data tersebut didapat berdasarkan studi yang baru-baru ini dilakukan oleh pemerintah Malawi dengan tajuk On the Brink of Momentous Change on Plastic Pollution.

Baca Juga: Jadi Wasit Perempuan Pertama di Piala Eropa 2020, Ini Sepak Terjang Stephanie Frappart

Padahal seperti yang kita ketahui bersama, plastik adalah limbah yang sulit terurai, sampah plastik Malawi ini akan membutuhkan lebih dari 100 tahun lamanya untuk bisa hilang.

Jika pembuatan plastik sekali pakai ini terus-terusan dilakukan, besar kemungkinannya negara tersebut akan mengalami krisis sampah plastik yang serius.

“Jika produksi dan distribusi berlanjut, kemungkinan besar kita akan mencapai tingkat krisis,” Yanira Ntupanyama, sekretaris utama di Kementerian Kehutanan dan Sumber Daya Alam Malawi.

Di sinilah sosok Gloria Majiga-Kamoto muncul, aktivis lingkungan asal Malawi yang selalu mengkampanyekan larangan penggunaan plastik sekali pakai ini.

Bersama dengan aktivis dan kelompok masyarakat sipil lainnya, Gloria mempelopori kampanye menekan pihak berwenang untuk menerapkan larangan plastik di Malawi.

Lewat berbagai aksi kampanyenya, Gloria bersama dengan aktivis lainnya berhasil membawa perubahan terhadap penggunaan plastik sekali pakai di negaranya itu.

Baca Juga: Jadi Ruang Baca yang Menginspirasi, Rumah Belajar Alex Tilaar Resmi Dibuka

Setelah pertempuran hukum yang berlarut-larut dengan para produsen plastik, Mahkamah Agung Malawi menguatkan larangan nasional atas produksi, impor, distribusi, dan penggunaan plastik sekali pakai pada Juli 2019.

Perlawanan sengit Gloria pada produsen plastik sekali pakai di Malawi, menyebabkan penutupan tiga perusahaan plastik pada tahun 2020 oleh pemerintah Malawi.

Atas aksi serta berbagai kampanyenya tersebut, Gloria dianugerahi penghargaan Goldman Environmental Prize.

Perjuangan Gloria ini tidak bisa dikatakan mudah nih, Kawan Puan.

Perempuan 30 tahun ini mengaku, kampanyenya yang menekan perusahaan-perusahaan besar dan orang-orang penting sering membuatnya berada dalam bahaya.

"Terkadang kamu menempatkan keluargamu dalam risiko bahaya dengan menghadapi perusahaan besar dan orang-orang dengan latar belakang politik yang berpengaruh," kata Gloria.

Kawan Puan, Gloria Majiga-Kamoto mulai terdorong untuk melawan produsen plastik setelah melihat bagaimana petani dan peternak berjuang melawan polusi plastik.

 

Tumpukan sampah plastik di Malawi
Tumpukan sampah plastik di Malawi amp.cnn.com

Baca Juga: Sukses di Dunia STEM, Inilah Sosok Fransiska Hadiwidjana Co Founder Women Works

“Beberapa dari mereka (peternak) kehilangan ternaknya karena lapangan ternak yang sangat tercemar plastik sekali pakai, mereka (hewan ternak) mengkonsumsi plastik ini, yang membunuh mereka, sehingga mempengaruhi mata pencaharian pemiliknya,” jelas Gloria.

Gloria menjelaskan bahwa sampah plastik di negaranya tersebut sudah sangat meresahkan.

Di kota Mponela, di wilayah Tengah Malawi, Majiga-Kamoto mengatakan sekitar 40% hewan ternak yang disembelih, ditemukan telah menelan pecahan plastik.

Lingkungan Malawi juga terkena dampak buruk dari sampah plastik.

Para ahli sanitasi menyalahkan "penanganan yang buruk" dari sampah plastik di ibu kota Malawi, Lilongwe, sebagai penyebab banjir, yang membuat ribuan orang mengungsi di kota itu.

Baca Juga: Kolaborasi Dua Sahabat dengan Mendaur Ulang Sampah Menjadi Batu Bata!

"Ini adalah masalah. Plastik tidak membusuk dan dapat bertahan lebih dari 100 tahun... Ini mengganggu lingkungan, menghalangi sistem drainase, menawarkan habitat bagi perkembangbiakan organisme penyebab penyakit dan membunuh ternak ketika tertelan," kata Ntupanyama.

Dengan semakin banyak dan menumpuknya sampah plastik ini, Gloria mengkhawatirkan ketidakmampuan Malawi untuk mengolah sampah plastik daur ulang.

“Malawi sangat jauh tertinggal. Daur ulang sampah membutuhkan teknologi dan kami tidak memiliki banyak teknologi itu,” katanya.

Di luar dari tindakan pemerintah, Gloria percaya bahwa masyarakat Malawi memiliki peran penting untuk dimainkan.

"Plastik adalah inovasi yang cukup berguna, tetapi tantangannya adalah kami menggunakannya secara tidak berkelanjutan," jelasnya.

Baca Juga: Dari Penyanyi Hingga jadi Business Woman, Inilah Sosok Jessica Jung

"Individu harus menyadari kontribusi mereka sendiri terhadap kekacauan ini. Masyarakat Malawi harus mempermudah plastik untuk berakhir di tempat yang tepat dan berpotensi didaur ulang," ucap Gloria.

Kawan Puan, perjuangan Gloria ini bisa kita jadikan pelajaran untuk lebih bijak lagi dalam menggunakan plastik sehari-hari.

Yuk kita jaga kelestarian lingkungan kita dengan bijak menggunakan plastik. (*)

 

Sumber: CNN
Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh