Terlalu Bergantung Pada Pasangan? Kamu Mungkin Mengalami Kodependensi, Yuk Simak!

Alessandra Langit - Minggu, 9 Mei 2021
Ilustrasi pasangan
Ilustrasi pasangan Pexels

Parapuan.co - Istilah kodependensi sering digunakan untuk menggambarkan hubungan di mana seseorang membutuhkan atau bergantung pada orang lain.

Padahal kenyataannya, hubungan kodependen jauh lebih ekstrem dari definisi tersebut. 

Seseorang yang kodependen akan merencanakan seluruh hidupnya untuk menyenangkan orang lain.

Hubungan kodependen adalah ketika satu pasangan membutuhkan pasangan lainnya dan akan melakukan hal apapun agar terus bersama. 

Harga diri dari orang kodependen tergantung hanya dari pengorbanan dirinya untuk pasangannya atau orang lain.

Baca Juga: Sudah Lama Menikah, Ini 6 Alasan Pasangan Memutuskan Bercerai

Melansir dari Medical News Today, sulit untuk membedakan antara orang yang kodependen dan orang yang hanya melekat atau sangat terpikat dengan orang lain. 

Tetapi, orang yang kodependen biasanya akan memiliki beberapa ciri sebagai berikut:

  1. Tidak menemukan kepuasan atau kebahagiaan dalam hidup selain jika melakukan sesuatu untuk orang lain.
  2. Tetap menjalin hubungan meskipun mereka sadar bahwa pasangannya melakukan hal-hal yang menyakitkan.
  3. Melakukan apa saja untuk menyenangkan dan memuaskan orang lain, tidak peduli dampaknya untuk diri mereka sendiri.
  4. Merasa cemas terus-menerus tentang hubungan mereka karena adanya keinginan untuk selalu membuat orang lain bahagia.
  5. Menggunakan seluruh waktu dan energi untuk memberi pasangan semua yang diminta.
  6. Merasa bersalah jika memikirkan diri mereka sendiri dalam hubungan dan tidak akan mengungkapkan kebutuhan atau keinginan pribadi apapun.
  7. Mengabaikan moral atau hati nurani mereka sendiri untuk melakukan apa yang diinginkan orang lain.

Penyebab kodependensi

Kodependensi adalah perilaku yang dipelajari dan biasanya berasal dari pola perilaku di masa lalu dan kesulitan emosional.

Para ahli mengatakan kodependensi dapat disebabkan oleh berbagai situasi seperti:

1. Trauma masa kecil

Orang yang kodependen sering memiliki masalah dengan hubungan orang tua mereka saat masih kecil atau remaja.

Mereka diajari bahwa kebutuhan mereka sendiri kurang penting dibanding kebutuhan orang tua mereka.

Baca Juga: Ramai Isu Perceraian, Ini 5 Tips Pertahankan Rumah Tangga Agar Tetap Harmonis

Dalam keluarga tersebut, anak mungkin diajarkan untuk fokus pada kebutuhan orang tua dan tidak pernah memikirkan diri mereka sendiri.

Orang tua mengajari anak-anak bahwa mereka itu egois atau tamak jika menginginkan sesuatu untuk diri mereka sendiri.

Akibatnya, anak belajar untuk mengabaikan kebutuhan mereka sendiri dan hanya memikirkan apa yang dapat mereka lakukan untuk orang lain setiap saat.

2. Hidup dengan keluarga yang mengidap sakit keras

Kodependensi juga dapat terjadi akibat terlalu lama merawat orang yang sakit kronis. 

Berperan sebagai pengasuh, terutama di usia muda, dapat mengakibatkan kamu mengabaikan kebutuhanmu sendiri.

Harga dirimu mungkin terbentuk karena dibutuhkan oleh orang lain dengan tidak menerima imbalan apapun.

3. Keluarga yang kasar

Kekerasan fisik dan emosional dapat menyebabkan masalah psikologis yang berlangsung bertahun-tahun atau bahkan seumur hidup. 

Salah satu dari banyak masalah yang dapat muncul dari kekerasan di masa lalu adalah kodependensi.

Seorang anak atau remaja yang dianiaya akan belajar untuk menekan perasaan mereka sebagai mekanisme pertahanan melawan rasa sakit akibat kekerasan.

Baca Juga: Ini 8 Ciri-Ciri Pasangan Egois dalam Hubungan, Apakah Kamu Salah Satunya? 

Sebagai orang dewasa, perilaku yang dipelajari ini menghasilkan perhatian hanya pada perasaan orang lain dan tidak peduli dengan kebutuhan mereka sendiri.

Apakah Kawan Puan juga mengalami hal yang serupa dengan penjelasan di atas?

Salah satu cara yang dapat Kawan Puan lakukan adalah dengan meminta pertolongan profesional. 

Jangan takut untuk meminta bantuan profesional, sebelum masalah ini berdampak buruk bagi hubunganmu dengan orang lain. (*)