Peran Penting Perempuan dalam Kesiapsiagaan dan Ketangguhan Bencana

Saras Bening Sumunarsih - Selasa, 27 April 2021
Ilustrasi perempuan
Ilustrasi perempuan Freepik

Parapuan.co - Dalam rangka memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) yang jatuh pada 26 April, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) melakukan simulasi secara serentak terkait pelaksanaan keselamatan apabila terjadi bencana.

Hal ini dilakukan untuk mendorong terwujudnya early warning system dalam kebencanaan di lingkungan Kementrian PPPA.

Adapun tema HKB Tahun 2021 adalah “Siap untuk Selamat”.

Baca Juga: Pasca Bencana NTT, BNPB Salurkan 5 Ton Bantuan dengan 6 Helikopter

"Secara geografis Indonesia merupakan wilayah yang rawan terjadi bencana. Dampak yang ditimbulkan dari bencana sangat luas, meliputi kehilangan nyawa, hilangnya harta dan aset, hingga lumpuhnya pelayanan publik.

"Ketika kita berbicara bencana, maka ada pra bencana, saat bencana, dan pasca bencana. Pra bencana ini juga harus kita prioritaskan terkait langkah-langkah apa yang harus kita lakukan,” ujar Menteri PPPA, Bintang Puspayoga.

Pada Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Tahun 2021, Presiden RI, Joko Widodo menyampaikan bahwa sistem peringatan dini merupakan hal penting yang harus diperhatikan.

Baca Juga: Jumlah Rumah dan Fasilitas Umum yang Rusak dalam Bencana NTT, Terhitung 126.459 Unit

Presiden Joko Widodo juga menegaskan kunci utama dalam mengurangi risiko bencana adalah pencegahan dan mitigasi bencana.

Tak hanya menunggu pertolongan orang lain, perempuan juga memiliki andil yang cukup besar dalam kesiapsiagaan terhadap bencana.

Perempuan diketahui memiliki jiwa melindungi yang tinggi pada anak dan keluarga, sehingga dengan bekal pengetahuan yang memadai, perempuan dapat menjadi agen perubahan dalam membentuk kesiapsiagaan dan ketangguhan terhadap bencana.

Demikian terungkap dalam Webinar “Perempuan Tangguh Bencana untuk Keluarga yang Tangguh Bencana” yang diadakan oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak DKI Jakarta dan Wahana Visi Indonesia pada Senin (26/04/2021) dalam rangka peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana.

Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana, dalam kejadian bencana, 60-70 persen korbannya adalah perempuan dan anak-anak.

Padahal perempuan memiliki peran yang strategis untuk dapat menjadi pelopor ketangguhan bencana mulai dari tingkat keluarga.

Di Jepang, yang masyarakatnya sangat siap menghadapi bencana, terungkap bahwa 34% korban selamat dalam bencana karena menyelamatkan dirinya sendiri, 31,9% diselamatkan orang lain, 28% diselamatkan oleh tetangga dan hanya 5% diselamatkan oleh tim penyelamat. 

Baca Juga: Indonesia Rawan Bencana, Ini Emergency Kit yang Wajib Kamu Punya!

"Kesiapsiagaan terhadap bencana merupakan salah satu hal yang esensial untuk dimiliki oleh masyarakat, termasuk kaum perempuan yang sudah seharusnya memiliki kesiapsiagaan mengingat jumlah korban bencana sebagian besar adalah perempuan.

"Karena itu peningkatan kesiapsiagaan terhadap bencana mutlak diperlukan oleh perempuan. Perempuan memiliki peran strategis dalam penanggulangan bencana dan sangat efektif dalam mentransfer pengetahuan dan wawasannya tentang kesiapsiagaan bencana kepada anak-anaknya, keluarga, dan lingkungan sekitarnya," ucap Tuty Kusumawati, Kepala Dinas PPAP DKI Jakarta.

Pendapat tersebut diperkuat oleh Kepala Seksi Pencegahan Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta Rian Sarsono, "Dalam kondisi bencana, perempuan biasanya masih memikirkan kondisi anaknya, kondisi keluarganya.

Baca Juga: Tak Bisa Sembarangan, Ini Pertolongan Pertama Psikologis Saat Bencana

"Maka, sangat tepat menjadikan perempuan sebagai agen perubahan untuk membangun budaya sadar bencana dimulai dari lingkungan keluarga. Dalam hal ini, perempuan tidak hanya dilihat sebagai kelompok rentan saat terjadi bencana, tetapi justru bisa menjadi kekuatan bila dibekali dengan pengetahuan yang cukup."

Pakar Gender Proyek SinerGi (Supporting Disaster Preparedness of Government and  Communities) WVI Sutriyatmi Atmadiredja menyebutkan, kerentanan perempuan dalam kondisi bencana dimulai dari potensi kekerasan seksual, gangguan kesehatan reproduksi, kekerasan dalam rumah tangga, hingga menanggung beban ganda dalam menjalankan peran.

Karena itu, penting bagi perempuan untuk menjadi tangguh bencana agar mampu bangkit kembali dari kondisi terpuruk karena guncangan dan tekanan akibat bencana, baik secara langsung atau tidak langsung.

Salah seorang relawan bencana di Kelurahan Pademangan Barat, Jakarta Utara, Sumiyati mengatakan, "Perempuan pun bisa berperan dalam memberi informasi, memberi bantuan dasar seperti menyediakan makanan melalui dapur umum, hingga membantu pemberian dukungan psikososial.

Baca Juga: Bukan Trauma, Ini yang Sebenarnya Dialami Korban Pasca Bencana

"Tetapi selalu ada tantangan, yaitu karena waktu yang terbatas dengan adanya tanggung jawab terhadap keluarga, juga adanya keterbatasan sumber daya."

Ternyata perempuan memiliki peran yang besar dalam membangun ketangguhan bencana.

Tak hanya satu, perempuan memiliki banyak peran buka hanya untuk dirinya tapi juga keluarga dan lingkungan sekitarnya.

(*)

Sumber: Press Release
Penulis:
Editor: Linda Fitria