Peran Penting Perempuan dalam Kesiapsiagaan dan Ketangguhan Bencana

Saras Bening Sumunarsih - Selasa, 27 April 2021
Ilustrasi perempuan
Ilustrasi perempuan Freepik

Demikian terungkap dalam WebinarPerempuan Tangguh Bencana untuk Keluarga yang Tangguh Bencana” yang diadakan oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak DKI Jakarta dan Wahana Visi Indonesia pada Senin (26/04/2021) dalam rangka peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana.

Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana, dalam kejadian bencana, 60-70 persen korbannya adalah perempuan dan anak-anak.

Padahal perempuan memiliki peran yang strategis untuk dapat menjadi pelopor ketangguhan bencana mulai dari tingkat keluarga.

Di Jepang, yang masyarakatnya sangat siap menghadapi bencana, terungkap bahwa 34% korban selamat dalam bencana karena menyelamatkan dirinya sendiri, 31,9% diselamatkan orang lain, 28% diselamatkan oleh tetangga dan hanya 5% diselamatkan oleh tim penyelamat. 

Baca Juga: Indonesia Rawan Bencana, Ini Emergency Kit yang Wajib Kamu Punya!

"Kesiapsiagaan terhadap bencana merupakan salah satu hal yang esensial untuk dimiliki oleh masyarakat, termasuk kaum perempuan yang sudah seharusnya memiliki kesiapsiagaan mengingat jumlah korban bencana sebagian besar adalah perempuan.

"Karena itu peningkatan kesiapsiagaan terhadap bencana mutlak diperlukan oleh perempuan. Perempuan memiliki peran strategis dalam penanggulangan bencana dan sangat efektif dalam mentransfer pengetahuan dan wawasannya tentang kesiapsiagaan bencana kepada anak-anaknya, keluarga, dan lingkungan sekitarnya," ucap Tuty Kusumawati, Kepala Dinas PPAP DKI Jakarta.

Pendapat tersebut diperkuat oleh Kepala Seksi Pencegahan Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta Rian Sarsono, "Dalam kondisi bencana, perempuan biasanya masih memikirkan kondisi anaknya, kondisi keluarganya.

Baca Juga: Tak Bisa Sembarangan, Ini Pertolongan Pertama Psikologis Saat Bencana

"Maka, sangat tepat menjadikan perempuan sebagai agen perubahan untuk membangun budaya sadar bencana dimulai dari lingkungan keluarga. Dalam hal ini, perempuan tidak hanya dilihat sebagai kelompok rentan saat terjadi bencana, tetapi justru bisa menjadi kekuatan bila dibekali dengan pengetahuan yang cukup."

Pakar Gender Proyek SinerGi (Supporting Disaster Preparedness of Government and  Communities) WVI Sutriyatmi Atmadiredja menyebutkan, kerentanan perempuan dalam kondisi bencana dimulai dari potensi kekerasan seksual, gangguan kesehatan reproduksi, kekerasan dalam rumah tangga, hingga menanggung beban ganda dalam menjalankan peran.

Sumber: Press Release
Penulis:
Editor: Linda Fitria