Sering Membuat Perempuan Merasa Terpojok, Dewas KPK Imbau Media Membuat Berita yang Imbang

Shenny Fierdha - Jumat, 23 April 2021
Ilustrasi melawan korupsi
Ilustrasi melawan korupsi Prostock-Studio

 

Parapuan.co - Anggota Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Albertina Ho menyayangkan sikap rata-rata media di Indonesia yang cenderung memojokkan perempuan dalam pemberitaan kasus korupsi.

Dia menyampaikan hal ini dalam pertemuan langsung dengan sejumlah media untuk perempuan di Indonesia, termasuk PARAPUAN, di gedung KPK, Jakarta, Senin (19/4/2021).

Hal ini menyusul sejumlah pemberitaan mengenai kasus korupsi di Indonesia yang diduga dilakukan oleh pelaku laki-laki, namun turut menyeret perempuan dalam kasus.

Ini lantaran perempuan itu diduga menerima sejumlah uang atau barang hasil korupsi.

Baca Juga: Dewas KPK Albertina Ho: Jangan Ada Standar Ganda dalam Keluarga

Padahal, belum tentu perempuan tersebut tahu bahwa itu hasil korupsi.

Akibatnya, dapat timbul pendapat negatif dalam masyarakat mengenai perempuan itu yang dapat merugikan diri perempuan yang bersangkutan. 

"Kadang pemberitaannya tidak berimbang.Ini soal korupsi tapi yang paling panjang (dibahas oleh media massa) justru soal aliran uangnya yang diberikan ke WIL (Wanita Idaman Lain yang diduga terkait dengan tersangka korupsi)," kecam Albertina dalam acara tersebut.

Menurut dia, banyak media massa yang justru memberitakan soal barang mewah seperti mobil yang diduga diberikan oleh tersangka kepada perempuan yang dekat dengannya.

Padahal, menurut dia, seharusnya media massa lebih berfokus pada perkara korupsi itu sendiri dan tersangkanya.

"Sementara, si tersangka yang korupsi ini pemberitaannya (lebih) sedikit (dibandingkan pemberitaan mengenai perempuan tersebut)."

"Kan, jadinya seolah kita sudah menghukum orang lain (yaitu perempuan tersebut) tanpa terbukti dia (perempuan) bersalah atau tidak," kritik Albertina.

Baca Juga: Ini Alasan Perempuan Harus Berani dan Tegas dalam Melawan Korupsi

Dia menyesalkan hal ini sebab, menurutnya, perempuan tersebut dapat menjadi saksi yang membantu mengusut kasus korupsi.

Namun, gara-gara pemberitaan yang negatif dan tidak berimbang terhadap perempuan tersebut, diri perempuan itu jadi takut untuk bicara. 

"Sulit bagi kita untuk mengangkat mereka (perempuan) untuk menjadi saksi, untuk memberikan kesaksian yang benar, kalau mereka sudah diberitakan secara tidak berimbang.

Mereka sudah terlanjur takut dan berpikir, 'Kalau saya (perempuan) ngomong apapun, nanti saya ditulisnya (diberitakannya) justru yang sebaliknya'. Jadi takut, kan," jelas Albertina.

Ke depannya, dia mengimbau agar media massa di Indonesia memberitakan perkara korupsi dengan lebih berimbang dan tak lagi memojokkan perempuan.

Hal ini khususnya bagi perempuan yang belum tentu terlibat sebagai pelaku dalam kasus korupsi.

"Yang harus diperhatikan adalah kalau membuat pemberitaan oleh media. Pemberitaannya jangan terlalu menyudutkan perempuan, tapi (buatlah) pemberitaan yang berimbang," tutup Albertina.

Baca Juga: KPK Ungkap Bahwa Perempuan Punya Peran Penting untuk Mencegah Korupsi, Caranya?

Belakangan, nama sejumlah perempuan sering dikaitkan dengan kasus-kasus korupsi tanah air karena diduga menerima uang atau barang hasil korupsi.

Walau begitu, belum tentu perempuan tersebut mengetahui bahwa uang atau barang yang diterimanya merupakan hasil rasuah.

Salah satunya adalah penyanyi perempuan Cita Citata.

Melansir Kompas.tv, Cita diduga menerima Rp150 juta terkait kasus dugaan korupsi dana bantuan sosial yang melibatkan eks Menteri Sosial Juliari Batubara.(*)

Sumber: liputan lapangan,Kompas.tv
Penulis:
Editor: Tentry Yudvi Dian Utami