Kekerasan Seksual Pada Perempuan Makin Miris, Budaya Pemerkosaan Disebut Merajalela di Inggris

Arintha Widya - Kamis, 8 April 2021
ilustrasi kekerasan terhadap perempuan
ilustrasi kekerasan terhadap perempuan Kompas.com

Fakta Sering Diabaikan, Korban Disalahkan

Pendiri Everyone's Invited menegaskan, persoalan ini mesti ditindaklanjuti karena masalahnya tidak main-main.

"Ini adalah permasalahan nyata. Budaya pemerkosaan memang ada," kata sang pendiri Everyone's Invited, Soma Sara.

Mirisnya, hampir semua kasus kekerasan seksual dan pemerkosaan dibiarkan menggantung tanpa konfirmasi lebih lanjut.

Baca Juga: Kekerasan pada Perempuan Meningkat, Ini Langkah Yayasan Plan Indonesia Mengatasinya

Padahal, kesaksian kuat dari korban dan bukti yang didapat kepolisian sudah cukup untuk menghukum pelaku.

Sayangnya, korban justru dibungkam, disalahkan, dan dianggap telah merusak nama baik dengan perbuatannya yang memalukan.

Pejabat di lingkungan sekolah juga berdiam diri, mengaku sudah berbuat sesuatu, tetapi bisa dibilang sama sekali tidak berusaha memerangi rape culture.

Keseriusan Pihak Terkait Menangani Isu Kekerasan Seksual Nasional

Ironisnya lagi, menyeruaknya isu rape culture ini terjadi di tengah-tengah diperbincangkannya pembicaraan nasional terkait kasus pembunuhan Sarah Everard.

Penculikan dan pembunuhan terhadap Sarah Everard memicu isu nasional kekerasan terhadap perempuan sejak Maret 2021.

Sarah Everard sendiri ialah perempuan yang diculik dan dibunuh oleh oknum polisi di London, Inggris.