Sampai Alami Hypoxia, Ini Kisah Perjuangan Perawat Covid-19 di Wisma Atlet

Tentry Yudvi Dian Utami - Rabu, 17 Maret 2021
Sampai Alami Hypoxia, Ini Kisah Perjuangan Perawat Covid-19 di Wisma Atlet
Sampai Alami Hypoxia, Ini Kisah Perjuangan Perawat Covid-19 di Wisma Atlet xavierarnau

Parapuan.co  - Tak terasa setahun sudah kita hidup berdampingan dengan virus Covid-19, yang masih belum juga hilang.

Meskipun kita tahu Covid-19 belum hilang, tapi masih banyak orang juga menyepelekan bahaya virus Covid-19 ini.

Alhasil, info terkini dari Satgas Covid-19 menyatakan bahwa sudah ada 1,43 juta kasus Covid-19 di Indonesia dari 2020 lalu.

Baca Juga: Raih Grammy Awards Tiga Kali, Ini Sederet Pencapaian Taylor Swift Sepanjang Karier Musiknya

Tentu saja, bertambahnya kasus Covid-19 ini menambah pekerjaan para tenaga medis semakin berat. Tak heran, bila banyak dokter dan perawat secara perlahan pun berguguran saat menangani Covid-19.

Ini bukanlah pekerjaan mudah, terlebih mereka juga sulit untuk bertemu keluarga di rumah. Tak hanya fisik, mental pun mengalami tekanan luar biasa bagi tenaga medis yang terjun untuk menangani Covid-19.

Salah satu perjuangan itu pun diungkapkan oleh Dayantri Azhari perawat Covid-19 di Wisma Atlet. Perempuan asal Pelabuhan Ratu ini sudah berada di Jakarta sejak Maret 2020 lalu.

Dalam benaknya, Dayantri tak pernah menyangka kalau keputusannya untuk resign menjadi relawan di Wisma Atlet, begitu berat untuk dilalui.

“Dikiranya cuman sebulan saja, sebentar, enggak nyangka, saya sudah di sini selama enam bulan. Sehari saya dan teman sejawat bisa rawat 100 pasien corona. Kami di sini sudah jenuh dan pengin pulang ke rumah bertemu keluarga,” curhat Dayantri melansir dari Tabloid Nova Edisi 1700 pada 21 September 2020 lalu.

Tapi, ada daya, setiap hari kasus Covid-19 selalu bertambah, membuatnya jadi semakin sulit bertemu keluarga dan pulang. Ditambah, Dayantri juga harus melewatkan hari istimewa kumpul bersama keluarga selama beberapa kali kesempatan.

Baca Juga: Beyoncé Cetak Sejarah Jadi Ratu Musik Dunia Sekaligus Ratu Grammy

“Aku sedih, apalagi aku baru berulang tahun pada 12 Agustus lalu. Biasanya aku dikelilingi keluarga, sekarang cuman video call saja, aku cuma bisa menangis saja, saking rindunya,"

"Rasa rindu itu sangat menyakitkan, terutama saat Idul Fitri kemarin. Aku cuman bisa telepon keluarga, enggak merasakan hangatnya pelukan dari mereka,” ujar Dayantri.

Mengalami Hypoxia

Rasa rindu ditambah sehari dia harus merawat 40 pasien, akhirnya Dayantri pun mengalami penurunan kondisi fisik dan mental. Penurunan fisik dan mental ini yang membuat tubuh perempuan ini mengalami hypoxia.

Serangan hypoxia ini pun harus ia alami saat sedang merawat pasien. Tiba-tiba saja, Dayantri pingsan, dan merasa dadanya begitu sesak.

“Aku kelelahan. Beberapa pekan lalu, aku tiba-tiba jatuh, hilang ingatan, sesak nafas, dan pingsan saat sedang dinas. Teman-teman pun langsung merawat aku dan memberikan infus. Aku terkena serangan hypoxia,” jelas Dayantri.

Baca Juga: Mau Mulai Investasi? Awas Salah, Ketahui Dulu Berbagai Jenis Reksa Dana Berikut Ini!

Untungnya berkat dukungan sesama tenaga medis, Dayantri pun bisa pulih dalam waktu beberapa hari. Meski begitu, kerinduannya terhadap hidupnya yang lama masih terus menghantuinya.

Sekarang, dia hanya bisa berandai-andai, semua ini akan berakhir. Berandai kalau suatu saat nanti Dayantri bisa kembali ke rumah, traveling, dan istirahat banyak.

“Kalau sudah berakhir, aku akan istirahat yang panjang dan liburan. Pengin meluangkan waktu bareng teman-teman mengejar matahari tenggelam lagi di pinggir pantai dekat rumah. Atau, naik gunung lagi,” ujarnya.

Oleh sebab itu, Dayantri berpesan untuk kita semua agar selalu menerapkan protokol kesehatan setiap waktu. “Tolong ringankan pekerjaan kami dengan terapkan protokol kesehatan, pakai masker dan jaga kebersihan,” pintanya.(*)

Sumber: Tabloid Nova
Penulis:
Editor: Tentry Yudvi Dian Utami