Parapuan.co - Harga emas kembali mencatatkan rekor tertinggi dalam sejarah. Pada 6 September 2025, harga emas tembus Rp2.060.000 per gram, setelah dua hari sebelumnya berada di level Rp2.044.000. Lonjakan ini tentu mengundang banyak perhatian, baik dari investor pemula hingga masyarakat umum yang mulai mempertimbangkan emas sebagai aset aman.
Saat harga emas melonjak, sikap kita sebagai investor kadang terbagi dua, yaitu segera membeli sebelum harganya melonjak lagi atau justru menjualnya. Ada pula yang menunggu harganya kembali turun sebelum memutuskan berinvestasi emas.
Namun, sikap apa yang sebaiknya kita ambil dalam berinvestasi ketika harga emas naik drastis? Begini saran perencana keuangan Rista Zwestika yang diungkapkan lewat akun Instagram pribadi.
Mengapa Harga Emas Bisa Melonjak?
Rista Zwestika menjelaskan bahwa kenaikan harga emas erat kaitannya dengan gejolak ekonomi global. "Emas biasanya lari kencang saat ekonomi global goyah, nilai mata uang tertekan, dan ketidakpastian ekonomi," ungkapnya.
Faktor lain yang turut berperan adalah tren di kalangan orang kaya Indonesia yang kini menyimpan hingga 44 persen aset mereka dalam bentuk emas dan cash, menurut data HSBC Indonesia. Ditambah lagi, rupiah yang terus tertekan serta inflasi yang membuat resah masyarakat.
Kombinasi faktor ini mendorong emas semakin diminati, hingga melonjak ke level tertinggi. "Jadi kalau emas naik sampai pecah rekor, artinya ada keresahan besar di balik layar," tegas Rista.
Dampak Kenaikan Emas untuk Kita
Kenaikan harga emas tentu membawa konsekuensi berbeda bagi tiap orang:
- Belum punya emas → makin mahal untuk memulai investasi.
- Sudah rutin nabung emas → nilai aset meningkat signifikan, sehingga perlu evaluasi ulang bersama financial planner.
- Muncul spekulan jangka pendek → risiko terjebak di harga tinggi lebih besar.
Baca Juga: Harganya Terus Naik, Ini Tips Investasi Emas untuk Pelajar dan Mahasiswa
Apa yang Harus Dilakukan?
Rista memberikan beberapa strategi agar masyarakat tidak salah langkah menghadapi tren ini:
1. Jangan latah FOMO
"Naik terus bukan berarti harus ikut-ikutan. Kalau beli di puncak harga, risiko nyangkut juga lebih besar," jelas Rista. Ingat, tujuan investasi adalah mencapai target finansial, bukan sekadar ikut tren.
2. Diversifikasi tetap wajib
Meski emas dikenal sebagai pelindung nilai, emas bukanlah aset yang menghasilkan arus kas. Karena itu, jangan menaruh semua dana di emas. Kombinasikan dengan instrumen lain agar portofolio lebih seimbang.
3. Gunakan metode DCA (Dollar Cost Averaging)
Dengan strategi ini, investor membeli emas secara rutin dalam jumlah tertentu, tanpa peduli harga sedang naik atau turun. Cara ini bisa mengurangi stres menghadapi fluktuasi harga dan menjaga konsistensi investasi jangka panjang.
Rista menekankan, "Naiknya emas ke level tertinggi bukan tanda kita harus buru-buru beli, tapi tanda bahwa dunia sedang tidak baik-baik saja."
Kenaikan emas hingga pecah rekor adalah sinyal adanya keresahan global, bukan sekadar momentum investasi instan. Bagi masyarakat, langkah paling bijak adalah tetap rasional, menghindari FOMO, menjaga diversifikasi, dan berpegang pada strategi jangka panjang.
Dengan begitu, emas bisa menjadi pelindung nilai yang efektif tanpa menjebak kita dalam risiko harga tinggi.
Baca Juga: Tips Memaksimalkan Investasi Emas, Berapa Lama Menyimpannya agar Cuan?
(*)