5 Pengeluaran yang Harus Dihentikan Kelas Menengah agar Kekayaan Bertambah

Arintha Widya - Sabtu, 6 September 2025
Kelas menengah harus hentikan pengeluaran ini jika ingin cepat kaya.
Kelas menengah harus hentikan pengeluaran ini jika ingin cepat kaya. kozyrskyi

3. Skema Cicilan: Membayar 3 Kali Lipat

Banyak keluarga tergoda membeli barang elektronik atau furnitur dengan sistem sewa-beli karena cicilannya terlihat ringan. Misalnya, TV Rp15 juta ditawarkan dengan cicilan Rp375.000 per minggu selama 78 minggu. Total akhirnya mencapai Rp29,2 juta—hampir dua kali lipat harga aslinya.

Lebih parah lagi, jika dihitung dengan bunga tahunan efektif, skema ini bisa mencapai 200–300%. Padahal, jika menyisihkan Rp375.000 per minggu dalam tabungan, hanya butuh sekitar 10 bulan untuk membeli barang yang sama secara tunai.

4. Garansi Tambahan: Bayar Lebih untuk Manfaat Minim

Garansi tambahan atau extended warranty sering ditawarkan saat membeli elektronik atau peralatan rumah tangga. Misalnya, untuk mesin cuci Rp15 juta, ditawarkan garansi tambahan Rp3,7 juta. Padahal, rata-rata biaya perbaikan selama periode garansi hanya sekitar Rp1,5–2,2 juta, barangkali lebih murah hanya ratusan ribu saja.

Artinya, konsumen membayar dua kali lipat dari nilai manfaat yang mungkin diterima. Solusi lebih baik adalah membuat "dana darurat perbaikan" sendiri. Uang yang dialokasikan untuk garansi bisa ditabung, sehingga jika barang rusak, dana itulah yang digunakan—dan jika tidak terpakai, tetap menjadi milik kita.

5. Produk Investasi dengan Biaya Tinggi

Banyak orang kelas menengah tergiur dengan produk investasi aktif yang menjanjikan "dikelola profesional". Masalahnya, biaya tahunan (management fee) sering mencapai 1–1,5%, jauh lebih tinggi dibanding reksa dana indeks yang hanya 0,03–0,2%.

Ambil contoh dana pensiun Rp3 miliar. Dalam 30 tahun dengan pertumbuhan rata-rata 7%, jika ditempatkan di instrumen berbiaya rendah, jumlahnya bisa berkembang menjadi Rp22,8 miliar. Tetapi jika memakai produk berbiaya tinggi, hasil akhirnya hanya Rp18,7 miliar. Ada selisih Rp4,1 miliar yang hilang hanya karena biaya pengelolaan.

Baca Juga: 7 Kiat Furgal Living yang Bisa Diterapkan Kelas Menengah di Tahun 2025

Kelas menengah sering terjebak dalam pengeluaran yang secara psikologis terasa masuk akal, tetapi secara matematis merugikan besar-besaran. Membeli mobil baru, rutin membeli lotre, tergoda angsuran barang, membayar garansi tambahan, hingga memakai produk investasi berbiaya tinggi hanyalah contoh nyata.

Jika lima kebiasaan ini dihentikan, bukan hanya kebocoran keuangan yang tertutup, tetapi kesempatan membangun kekayaan akan terbuka lebar. Kuncinya bukan sekadar menabung, melainkan menghindari perangkap matematis yang menggerus kekayaan secara diam-diam.

(*)

Sumber: New Trader U
Penulis:
Editor: Arintha Widya