Sebagai gantinya, pasangan disarankan untuk memperbanyak rasa ingin tahu dibanding cepat menghakimi. Mengajukan pertanyaan dengan nada terbuka dapat membantu membangun rasa saling memahami, tanpa perlu menjatuhkan perasaan pasangan.
3. Minimnya Kehidupan Intim
Intimasi juga menjadi poin krusial dalam pernikahan yang kerap disorot para suami. Bagi mereka, hubungan fisik tidak hanya sebatas pemenuhan kebutuhan biologis, melainkan juga ekspresi kedekatan emosional.
Sayangnya, perbedaan persepsi tentang intimasi sering memunculkan masalah. Istri biasanya membutuhkan kondisi emosional yang tenang sebelum mampu terhubung secara fisik, sementara suami justru menjadikan hubungan fisik sebagai jalan menuju keintiman emosional.
Psikolog Patricia O’Gorman menyebut ketidakseimbangan ini sering memicu rasa ditolak pada suami, sementara istri merasa terbebani oleh tuntutan.
Terapi pasangan bisa menjadi jalan keluar untuk menjembatani perbedaan pandangan ini.
Baca Juga: Mengapa Suami Istri Perlu Terbuka tentang Keuangan Rumah Tangga?
4. Masalah Sepele yang Menumpuk
Keluhan terakhir dan kerap muncul adalah tumpukan persoalan kecil yang tidak pernah selesai. Mulai dari urusan pembagian pekerjaan rumah, pengasuhan anak, hingga cara berkomunikasi sehari-hari. Jika dibiarkan, hal-hal kecil ini bisa membesar, berubah pertengkaran serius.
Banyak suami merasa sudah berusaha maksimal, terutama dalam mencari nafkah, namun tetap dianggap kurang membantu. Ada pula yang merasa kewalahan menghadapi pasangan yang terlalu emosional atau terlalu dominan dalam mengambil keputusan.
William Meleney, seorang konselor pernikahan, menjelaskan bahwa masalah sepele yang dibiarkan menumpuk ibarat bara kecil, mereka bisa menyulut api besar. Karena itu, penyelesaiannya bukan sekadar mencari siapa yang salah, melainkan membangun pola komunikasi lebih sehat.
Menjaga Pernikahan Tetap Harmonis
Empat keluhan di atas hanyalah gambaran umum yang sering muncul dalam pernikahan. Tidak semua pria mengalaminya, namun penting bagi setiap pasangan untuk saling mengevaluasi dan membuka ruang dialog.
Solusi sederhana seperti mendengarkan dengan tulus, memberikan penghargaan kecil, dan menciptakan waktu berdua tanpa distraksi bisa menjadi awal memperbaiki hubungan.
Maka dari itu, pernikahan bukan sekadar berbagi rumah, melainkan juga berbagi rasa aman, kasih sayang, dan saling menghargai.
Melalui komunikasi yang sehat, keluhan apa pun bisa berubah menjadi peluang untuk semakin memperkuat ikatan cinta.
Baca Juga: Seperti Jimin-Song Da Eun, Mengapa Hubungan Cinta Seleb Korea Selatan Kerap Dirahasiakan?
(*)
Putri Renata