Aksi Heroik Emak-Emak di Tengah Demo, Buktikan Keberanian Perempuan Melawan Ketidakadilan

Tim Parapuan - Rabu, 3 September 2025
(Dok. Kompas/Rony Ariyanto Nugroho (Kiri), Tiktok.com/@nakal_dikit12 (Tengah), Tiktok.com/@pekanbarut)

 

Parapuan.co - Sejak aksi demo besar-besaran di depan Gedung DPR RI, Jakarta (28/8), suara penolakan terhadap kebijakan pemerintah terus bergema di berbagai daerah. Mahasiswa, buruh, pelajar, hingga kelompok masyarakat sipil turun ke jalan menuntut keadilan dan menolak berbagai kebijakan yang dianggap menyengsarakan rakyat.

Tidak hanya mahasiswa atau kelompok masyarakat sipil saja yang ikut menyuarakan aspirasi, tetapi juga para ibu-ibu atau 'emak-emak' yang berani tampil di garis depan. Mereka tidak sekadar hadir, melainkan ikut menyampaikan orasi lantang dan melakukan aksi heroik di tengah situasi genting ini.

1. Ibu Ana, Emak-Emak Berhijab Pink

Melansir laman Tribun, perempuan paruh baya dengan kerudung mencolok berwarna pink mencuri perhatian publik. Ia tidak hanya menjadi bagian dari massa, tapi juga berdiri di barisan paling depan menghadap aparat di depan Gedung DPR RI. 

Sang ibu juga menyuarakan seruan lantang yang mengatakan, “Di luar ini kelaparan, apa gajinya kurang DPR?”. Kalimat itu menjadi pukulan keras yang menggambarkan kondisi rakyat kecil yang kian sulit bertahan hidup di tengah kebijakan yang dinilai tidak berpihak.

2. Aksi Emak-Emak Demo di DPRD Riau

(Tiktok.com/@pekanbarutalk)

Situasi nasional yang memanas ini turut menyulut emosi masyarakat di Riau. Di Pekanbaru, halaman DPRD Riau dipadati massa aksi (1/9) yang tidak hanya terdiri dari mahasiswa, tetapi juga emak-emak yang tampil berani menyuarakan keresahan.

Kehadiran para ibu menandai bahwa demonstrasi kali ini bukan sekadar milik kaum muda, melainkan juga suara keluarga yang merasa masa depan anak-anak mereka terancam. Salah satu momen paling menyita perhatian terjadi ketika seorang ibu dengan penuh keberanian menyampaikan kritik tajam kepada para anggota DPRD Riau. Dengan suara tegas, ia mengingatkan para wakil rakyat bahwa jabatan yang mereka emban berasal dari suara rakyat.

Baca Juga: Kenapa Warna Pink dan Hijau Jadi Simbol Solidaritas dalam Kampanye 17+8?

 

“Untuk anggota dewan yang terhormat, dulu saya kalian pilih. Kalian mengemis suara kami. Tapi saat kami datang kepada kalian, kami seperti mengemis,” ucapnya lantang dikutip dari akun Tiktok @pekanbarutalk

Dalam orasinya, emak-emak tersebut juga menyampaikan pesan khusus kepada Kapolda Riau. Ia menuntut agar aparat segera membebaskan mahasiswa Universitas Riau, Khariq Anhar, yang ditahan saat aksi di Jakarta.

“Bebaskan anak kami. Kalian juga punya anak,” tegasnya penuh haru, mengundang simpati massa.

3. Ibu Berhijab Biru

(Tiktok.com/!nakal_dikit12)

Ibu berhijab biru ini dengan berapi-api mengkritik keras sikap aparat kepolisian yang dinilai melenceng dari tugas utamanya. Menurutnya, polisi seharusnya hadir untuk mengayomi, melindungi, dan menjaga keamanan massa aksi.

Namun, belakangan publik justru menyaksikan tindakan represif yang menyebabkan korban luka-luka bahkan meninggal dunia. “Kalau Kapolri tidak bisa amanah, lebih baik berhenti,” sindirnya, dikutip dari akun Tiktok @nakal_dikit12

Kritikan itu mencerminkan kekecewaan mendalam terhadap institusi yang mestinya berdiri di sisi rakyat. Bagi para ibu, tidak ada alasan aparat menekan suara mahasiswa yang hanya menyampaikan aspirasi.

Baca Juga: Jadi Simbol Perlawanan dan Perjuangan, Ini Cara Edit Foto Pink Hijau

4. Aksi Emak-Emak Berani Membukarkan Massa

Di tengah situasi panas, keberanian emak-emak bukan hanya terlihat dalam aksi protes di depan gedung dewan. Di tempat lain, seorang ibu bahkan berani menghadang massa yang hendak menjarah rumah politisi Ahmad Sahroni. Ia mengaku hanya takut jika aksi itu memicu kebakaran akibat aliran listrik yang bisa berimbas ke rumah-rumah warga lain.

"Jaga lingkungan kita, mereka sementara pendemo yang menghancurkan yang anarkis, mereka akan pergi, kita kebingungan," tambahnya dikutip dari laman Tribun Video.

Sikap tersebut menuai apresiasi karena memperlihatkan bagaimana naluri seorang ibu lebih memilih keselamatan banyak orang daripada rasa takutnya sendiri. Tindakan spontan itu menjadi bukti bahwa emak-emak bisa menjadi garda terdepan menjaga ketertiban di tengah situasi kacau.

Fenomena emak-emak di jalanan ini tidak hanya dipandang sebagai bagian dari demonstrasi, melainkan juga sinyal kuat bahwa keresahan sosial telah menembus dinding rumah tangga. Saat ibu-ibu ikut bicara, itu menandakan persoalan bangsa sudah benar-benar masuk ke ruang keluarga.

Kondisi Indonesia yang saat ini dipenuhi gelombang protes dari berbagai daerah juga menunjukkan semakin tingginya ketidakpuasan publik. Tidak hanya itu, kehadiran emak-emak juga menegaskan bahwa perjuangan rakyat bukan hanya milik kaum muda. Para ibu, yang sehari-hari bergulat dengan kebutuhan keluarga, merasa terdorong untuk turun ke jalan karena menyadari bahwa masa depan anak-anak mereka sedang dipertaruhkan.

Aksi heroik emak-emak ini pun mengundang simpati luas di media sosial. Keberanian para ibu ini dianggap sebagai “tamparan keras” bagi elit politik yang kerap abai. Dukungan terus mengalir, seakan menegaskan bahwa suara ibu-ibu akan menjadi kekuatan moral dalam setiap gerakan rakyat.

Jika situasi ini terus diabaikan, bukan tidak mungkin gelombang emak-emak akan menjelma menjadi kekuatan sosial yang sulit dibendung. Bukan hanya karena jumlah mereka besar, tetapi karena dorongan mereka lahir dari naluri seorang ibu yang ingin melindungi anak-anaknya.

Baca Juga: Ada Mahasiswi hingga Ibu-Ibu, Mengapa Suara Perempuan Penting dalam Aksi Sosial?

(*) 

Putri Renata

Sumber: Tribun Video,TikTok,Tribun Priangan
Penulis:
Editor: Citra Narada Putri