Parapuan.co - Menjadi ibu tunggal bukanlah pilihan yang mudah, apalagi ketika berbicara soal keuangan. Banyak perempuan yang harus menjalankan peran ganda sebagai pencari nafkah sekaligus pengasuh utama anak, sehingga tekanan finansial kerap kali terasa lebih berat dibandingkan keluarga dengan dua orang tua.
Dalam kondisi seperti ini, mencapai financial freedom atau kebebasan finansial sering terdengar seperti mimpi yang jauh dari kenyataan. Namun, dengan pemahaman tepat mengenai tantangan yang dihadapi, serta strategi realistis untuk mengatasinya, ibu tunggal tetap memiliki peluang untuk membangun kehidupan lebih stabil, mandiri, dan sejahtera.
Merujuk dari laman CNBC, salah satu tantangan utama ibu tunggal untuk mencapai financial freedom adalah keterbatasan sumber pendapatan karena hanya bergantung pada satu sumber pendapatan.
Berbeda dengan keluarga yang memiliki dua pencari nafkah, seorang ibu tunggal harus menanggung seluruh kebutuhan rumah tangga, biaya pendidikan anak, hingga kebutuhan pribadi dengan pendapatan terbatas.
Hal ini membuat ruang gerak keuangan menjadi sempit, sehingga untuk menabung atau berinvestasi sering kali terasa mustahil. Bahkan menurut Cathy Curtis, seorang pakar finansial, membesarkan anak dengan satu penghasilan saja bisa menjadi hal menantang.
"Membesarkan anak dengan satu penghasilan saja bisa sangat menantang," ujar Cathy Curtis. Adapun tantangan lain yang dihadapi ibu tunggal untuk berdaya finansial, yakni:
1. Tekanan Biaya Hidup yang Tinggi
Selain pendapatan yang terbatas, biaya hidup semakin hari semakin meningkat. Mulai dari kebutuhan pokok, biaya pendidikan anak yang terus naik, hingga biaya kesehatan, semuanya harus dipenuhi seorang diri.
Kondisi ini membuat ibu tunggal kerap terjebak pada pola pengeluaran konsumtif demi memenuhi kebutuhan jangka pendek, dan melupakan perencanaan finansial jangka panjang.
Baca Juga: Bagaimana Financial Freedom Membebaskan Perempuan dari Tekanan Sosial?
2. Beban Emosional dan Mental
Financial freedom tidak hanya soal uang, tetapi juga tentang ketenangan pikiran. Ibu tunggal sering mengalami beban emosional karena harus memikirkan masa depan anak sendirian.
Stres, rasa khawatir berlebih, bahkan rasa bersalah jika tidak mampu memberikan yang terbaik, bisa mengganggu pengambilan keputusan finansial. Tekanan mental ini terkadang membuat sulit fokus pada langkah-langkah strategis untuk berdaya finansial.
3. Minimnya Waktu untuk Mengembangkan Diri
Untuk meningkatkan pendapatan, seseorang perlu mengembangkan keterampilan, menambah jaringan, bahkan membuka usaha sampingan. Namun, bagi ibu tunggal, waktu adalah hal yang sangat terbatas.
Antara pekerjaan utama, mengurus anak, hingga mengelola rumah, sering kali tidak ada ruang tersisa untuk belajar atau mencari peluang baru. Akibatnya, potensi untuk meningkatkan pendapatan menjadi terhambat.
4. Kurangnya Edukasi dan Akses Finansial
Banyak ibu tunggal yang belum memiliki literasi keuangan memadai, mulai dari cara membuat anggaran, mengatur utang, hingga memahami investasi. Kurangnya pengetahuan ini membuat mereka rentan terjebak dalam lingkaran utang atau salah memilih instrumen keuangan.
Baca Juga: Financial Freedom pada Perempuan Bukan Cuma Kaya, Tapi Punya Pilihan
Selain itu, akses ke layanan keuangan formal juga bisa menjadi kendala, misalnya sulit mendapatkan pinjaman bank karena keterbatasan dokumen atau pendapatan yang tidak stabil.
Mencapai financial freedom bagi ibu tunggal memang penuh tantangan, mulai dari keterbatasan pendapatan, tingginya biaya hidup, tekanan mental, hingga minimnya waktu untuk berkembang. Namun, bukan berarti hal ini mustahil.
Dengan pemahaman yang baik tentang kondisi keuangan, keberanian untuk belajar mengelola uang, serta strategi tepat dalam mencari peluang tambahan, seorang ibu tunggal tetap bisa membangun fondasi finansial kuat.
Kunci utamanya adalah konsistensi, disiplin, serta dukungan lingkungan yang positif. Pada akhirnya, kebebasan finansial bukan hanya tentang angka di rekening, melainkan juga tentang rasa aman dan tenang dalam menjalani hidup bersama anak.
Baca Juga: Financial Freedom pada Perempuan Bukan Ditunggu, Melainkan Dicapai
(*)