Parapuan.co - Kawan Puan yang sudah menjadi ibu tentu pernah merasakan dilema seperti: ingin punya waktu untuk diri sendiri, tapi dihantui rasa bersalah karena harus meninggalkan anak. Istilah yang sering muncul untuk menggambarkannya adalah mom guilt—perasaan bersalah yang muncul ketika ibu tidak bisa selalu hadir untuk anak-anaknya. Namun, apakah benar itu rasa bersalah?
Menurut psikolog klinis Dr. Becky Kennedy, banyak ibu sebenarnya keliru dalam memberi label pada perasaan itu. "Rasa bersalah adalah perasaan yang muncul ketika kita bertindak tidak selaras dengan nilai-nilai kita," jelas Dr. Becky dalam sebuah wawancara di Jay Shetty Podcast yang dikutip dari The Every Mom.
Bukan Rasa Bersalah, Tapi Kebingungan Emosional
Dr. Becky menegaskan bahwa apa yang disebut mom guilt sering kali bukanlah rasa bersalah, melainkan “kebingungan emosional”. Ia memberi contoh, seorang ibu yang merasa “bersalah” karena pergi makan malam bersama teman sementara anaknya keberatan.
Sesungguhnya, ibu itu sedang menyerap perasaan anaknya—kesedihan atau kekecewaan—dan menjadikannya miliknya sendiri. "Itu bukan rasa bersalah. Itu sebenarnya kebingungan emosional," kata Dr. Becky.
@jayshetty ????Brand new podcast????with @Dr. Becky | Psychologist ♬ original sound - Jay Shetty
Dua Hal yang Sama-Sama Benar
Dalam pandangan Dr. Becky, penting bagi ibu untuk menyadari bahwa dua hal bisa benar sekaligus:
- Ibu berhak melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri.
- Anak juga berhak merasa kecewa atau sedih.
Sayangnya, banyak ibu berusaha menghapus perasaan tidak nyaman itu dengan mengorbankan kebutuhan dirinya sendiri. Padahal, justru di situlah letak tantangannya.
Cara Mengelola 'Mom Guilt' Menurut Dr. Becky
Baca Juga: Jangan Khawatir, Ini Tips Supaya Ibu Bisa Me Time Tanpa Rasa Bersalah
Dr. Becky menawarkan beberapa langkah praktis agar para ibu bisa lebih sehat secara emosional:
1. Kembalikan Perasaan pada Pemiliknya
Ibu bisa membayangkan sedang “mengembalikan” emosi anak kepada mereka. "Ini bukan mendorong anak menjauh, tapi mengembalikan perasaan itu kepada pemilik yang sebenarnya," jelas Dr. Becky.
2. Validasi Perasaan Anak
Setelah itu, orang tua bisa mengakui apa yang dirasakan anak. Misalnya dengan mengatakan, "Kamu sedih karena aku tidak menidurkanmu malam ini. Aku tahu itu terasa berat, dan itu wajar. Besok pagi kita akan bersama lagi."
3. Bantu Anak Membangun Toleransi terhadap Ketidaknyamanan
Respon ini mungkin tidak membuat anak langsung senang. Namun, Dr. Becky menekankan, "Intervensi seperti ini memang jarang dihargai oleh perilaku komunikasi anak. Semakin cepat kita menyadarinya, semakin baik."
Mengapa Penting untuk Ibu?
Dengan memahami bahwa mom guilt sering kali hanyalah kebingungan emosional, para ibu bisa lebih lega untuk mengambil waktu bagi dirinya. Pada saat yang sama, anak-anak juga belajar bahwa rasa kecewa bukanlah sesuatu yang harus selalu dihindari—mereka bisa menghadapinya dengan sehat.
Jadi, lain kali saat merasa bersalah karena memilih me-time, ingat kata Dr. Becky: "Ibu boleh melakukan sesuatu untuk dirinya, dan anak juga boleh merasa tidak senang." Keduanya bisa berjalan beriringan, dan justru di situlah letak keseimbangan peran seorang ibu.
Baca Juga: 5 Cara Menghadapi Rasa Bersalah yang Kerap Menghantui Ibu Bekerja
(*)