Parapuan.co - Penderita diabetes memang dituntut untuk ekstra selektif dalam memilih asupan makanan dan minuman. Setiap jenis pemanis, baik alami maupun buatan, bisa memberikan dampak besar pada kadar gula darah.
Salah satu bahan alami yang kerap diperdebatkan adalah madu. Meski dikenal lebih sehat dibandingkan gula pasir, apakah madu aman untuk penderita diabetes?
Madu tidak bisa sepenuhnya dipandang sebagai pemanis bebas risiko. Sebab, madu juga mengandung antioksidan, vitamin, dan mineral yang tidak ditemukan dalam gula pasir biasa. Inilah yang membuat madu sering dianggap sebagai alternatif pemanis yang lebih baik.
Risiko Pengidap Diabetes Mengonsumsi Madu
Dilansir dari Verywell Health, konsumsi madu tetap perlu dikendalikan jumlahnya. Pada penderita diabetes yang kadar gula darahnya belum stabil, terlalu banyak mengonsumsi madu bisa memperburuk kondisi. Jadi, meski memiliki nilai gizi tambahan, madu bukanlah "obat ajaib" yang bisa dikonsumsi tanpa batas.
Satu hal yang penting diingat, nutrisi dalam madu sebenarnya tidak begitu signifikan kecuali dikonsumsi dalam jumlah besar. Sayangnya, mengonsumsi madu dalam porsi besar justru berisiko meningkatkan gula darah secara berlebihan. Oleh karena itu, sumber vitamin dan mineral sebaiknya tetap diperoleh dari buah, sayuran, atau makanan bergizi lain yang lebih aman bagi penderita diabetes.
Di luar persoalan diabetes, ada hal lain yang tidak kalah penting, yaitu bayi di bawah usia 12 bulan sama sekali tidak boleh diberi madu. Hal ini karena adanya risiko "botulisme", yakni keracunan serius akibat bakteri yang bisa berkembang dalam madu, baik yang mentah maupun yang telah dipasteurisasi.
Berbeda dengan bayi, orang dewasa umumnya aman mengonsumsi madu, termasuk ibu hamil maupun menyusui. Botulisme pada orang dewasa sangat jarang ditemukan karena sistem kekebalan tubuh mereka sudah lebih matang. Meski demikian, memilih madu yang berkualitas tetaplah penting untuk meminimalkan risiko.
Madu yang dijual di pasaran pun memiliki berbagai jenis, mulai dari madu mentah yang tidak melalui proses penyaringan hingga madu pasteurisasi yang sudah disterilkan. Jika Kawan Puan khawatir terhadap potensi penyakit bawaan dari madu mentah, pilihan terbaik adalah membeli madu pasteurisasi dengan label dan sertifikasi resmi.
Baca Juga: Berbagai Faktor Risiko dan Gejala Diabetes Melitus di Usia Muda
Madu sebagai Pengganti Gula
Lalu, apakah madu bisa dianggap sebagai pengganti gula? Jawabannya adalah bisa, tetapi tetap dengan batasan. Madu memiliki indeks glikemik lebih rendah dibandingkan gula pasir, artinya kenaikan kadar gula darah biasanya lebih lambat.
Selain itu, kandungan antioksidannya memberi nilai tambah yang tidak dimiliki pemanis buatan maupun gula putih. Namun, bukan berarti madu bebas dari risiko.
Jika dikonsumsi berlebihan, madu tetap bisa mendorong lonjakan gula darah. Karena itu, penting bagi penderita diabetes untuk menghitung total asupan gula harian, termasuk dari madu. Idealnya, konsumsi madu sebaiknya tidak melebihi batas rekomendasi asupan gula dari WHO, yaitu sekitar 25 gram per hari untuk orang dewasa.
Sebagai alternatif sehat, madu bisa digunakan dalam jumlah kecil untuk menggantikan gula pasir pada teh, kopi, atau makanan. Karena madu memiliki rasa manis yang lebih kuat dibandingkan gula, penggunaannya biasanya tidak perlu banyak. Bahkan dua hingga tiga kali lebih sedikit dari takaran gula pasir sudah cukup untuk memberikan rasa manis.
Batas Konsumsi Madu bagi Pengidap diabetes
Meski begitu, bagi penderita diabetes, faktor terpenting bukanlah jenis madunya, melainkan jumlah yang dikonsumsi. Tidak peduli seberapa mahal atau "bermanfaat" sebuah madu, jika dikonsumsi tanpa kontrol, efeknya tetap bisa memicu lonjakan gula darah.
Penting juga untuk memadukan konsumsi madu dengan gaya hidup sehat. Olahraga teratur, menjaga berat badan ideal, dan mengatur pola makan seimbang tetap menjadi kunci utama dalam mengendalikan diabetes. Madu hanya bisa berperan sebagai pelengkap, bukan pengganti perawatan medis atau pola hidup sehat.
Dengan memahami risiko sekaligus manfaat madu, penderita diabetes dapat lebih bijak dalam mengatur pola konsumsinya. Intinya, madu bukanlah musuh, tetapi juga bukan kawan sepenuhnya.
Dengan ini, madu bisa menjadi alternatif pemanis alami yang lebih baik dibandingkan gula pasir, tetapi penderita diabetes tetap harus mengonsumsinya dengan hati-hati. Jangan hanya terpaku pada label "alami", sebab yang paling menentukan adalah seberapa banyak madu masuk ke tubuh.
Baca Juga: Bagaimana Cara Menyimpan Madu, Dalam Kulkas atau Suhu Ruang?
(*)
Putri Renata