Parapuan.co - Pernah merasa waktu habis begitu saja hanya karena jari terlalu betah men-scroll layar ponsel? Hal ini barangkali sering Kawan Puan alami, bahkan jika kamu sedang bekerja di kantor. Dari niatnya cuma mengecek notifikasi, tahu-tahu sudah satu jam berlalu di TikTok atau Instagram.
Fenomena ini bukan rahasia lagi: media sosial memang dirancang agar kita sulit melepaskan diri. Namun, kini ada inovasi unik yang ramai dibicarakan di luar negeri, yaitu The Brick. Apa itu dan mengapa disebut bisa mencegah kita untuk men-scroll media sosial tanpa henti? Simak informasinya seperti melansir The Every Girl berikut ini!
Apa Itu The Brick?
The Brick sebenarnya sederhana: sebuah kotak kecil berukuran mirip kepala charger, dibuat dengan printer 3D, yang bekerja bersama aplikasi khusus di iPhone. Sesuai namanya, “Brick” menjadikan ponsel kita kembali seperti “batu bata”—hanya bisa dipakai untuk fungsi dasar tanpa gangguan aplikasi yang bikin candu.
Begitu ponsel ditempelkan ke The Brick, aplikasi akan otomatis mengaktifkan mode bebas distraksi. Notifikasi diam, aplikasi tertentu terkunci, dan ponsel hanya bisa dipakai sesuai pengaturan. Untuk membuka kembali, pengguna harus menyentuh ponsel ke Brick fisik itu. Gerakan ekstra ini, meskipun kecil, cukup untuk membuat orang berpikir ulang: perlu banget nggak sih buka Instagram sekarang?
Cara Kerja The Brick
- Pilih Aplikasi Pengganggu
Pengguna bisa menentukan sendiri aplikasi mana yang mau diblokir—entah itu TikTok, Reels, Pinterest, atau bahkan game. Ada opsi membuat mode berbeda: “kerja”, “belajar”, atau “waktu keluarga”.
- Aktifkan dengan Brick
Setelah mode dipilih, cukup tempelkan iPhone ke Brick. Sejak itu, timer di layar ponsel akan menghitung berapa lama kita dalam “focus mode”. Menariknya, satu Brick bisa dipakai bersama pasangan atau teman sekamar, sehingga kebiasaan baik bisa dilakukan bareng.
- Nikmati Kembali Kehidupan Nyata
Letakkan Brick di meja kerja, lemari, atau bahkan dashboard mobil. Saat ponsel terkunci, waktu bisa dialihkan untuk pekerjaan, makan bersama keluarga, atau sekadar jalan sore tanpa godaan notifikasi.
Baca Juga: Post Vacation Blues Libur Lebaran Bisa Berdampak Pada Produktivitas Perempuan Karier
Kenapa Banyak yang Tertarik?
Berbeda dengan aplikasi pemblokir biasa yang mudah dinonaktifkan, Brick memaksa adanya ritual fisik untuk membuka kembali ponsel. Psikolog menyebut langkah ekstra semacam ini efektif membuat otak berhenti sejenak sebelum bertindak impulsif.
Selain itu, Brick juga jadi semacam simbol: untuk benar-benar hadir di dunia nyata, kadang kita butuh pengingat yang juga nyata. The Brick dijual seharga USD 59 (sekitar Rp900.000-an).
Tidak murah memang, tapi ini bukan langganan bulanan. Hanya sekali beli dan bisa dipakai terus. Banyak pengguna menganggapnya sepadan—ibarat investasi alat olahraga atau produk skincare yang mendukung kesehatan diri.
Apakah Brick Layak Dicoba?
Pada akhirnya, keputusan kembali ke masing-masing orang. Apakah waktu yang terbuang di media sosial cukup besar hingga perlu “penjaga” eksternal?
Seorang pengguna mengaku rutin “mem-brick” dirinya 2–3 jam sehari saat jam kerja, dan hasilnya ia merasa jauh lebih produktif. Di akhir pekan, Brick dipakai untuk quality time bersama keluarga—tanpa gangguan layar.
Memang terdengar ironis: kita harus membeli alat fisik untuk mengingatkan diri agar hadir secara fisik. Namun di era serba online, mungkin itulah solusi realistis.
The Brick bukan sekadar alat, tapi pengingat bahwa fokus, koneksi nyata, dan kehadiran penuh itu layak diperjuangkan.
Baca Juga: Laporan Ini Sebut Produktivitas Pekerja di Indonesia Kurang Efisien, Kenapa?
(*)