Bagaimana Cara Merespons Ketika Anak Meminta Adik? Begini Saran Ahli

Arintha Widya - Minggu, 24 Agustus 2025
Cara merespons ketika anak meminta adik.
Cara merespons ketika anak meminta adik. EyeEm Mobile GmbH

Parapuan.co - Kawan Puan pernah dibuat terkejut saat anak tiba-tiba berkata, “Aku mau adik.” Permintaan ini bisa datang dari berbagai alasan. Anak bisa jadi iri melihat teman yang memiliki saudara, merasa kesepian di rumah, atau hanya ingin mencoba peran baru sebagai kakak atau adik.

Dari sudut pandang anak, alasan-alasan tersebut terdengar masuk akal. Seorang ibu bernama Cindy (nama samaran) menceritakan kisahnya sebagaimana dikutip dari Psychology Today. Ia sempat merasa bingung ketika putrinya yang berusia 10 tahun tiba-tiba meminta adik.

Ia bercerita, “Topik ini sebenarnya tidak pernah muncul lagi sejak dia masih kecil. Saya tidak tahu apakah ini karena sebagian besar temannya punya saudara perempuan dan mereka sering ngobrol soal itu. Apakah ini pertanyaan normal atau saya harus khawatir?”

Normalnya Keinginan Punya Saudara

Menurut para ahli seperti yang diungkap psikolog sosial Susan Newman, Ph.D., keinginan memiliki saudara adalah hal yang wajar, terutama pada anak tunggal. Sama seperti orang dewasa, anak-anak sering menginginkan sesuatu yang tidak atau belum mereka miliki. Menariknya, bahkan anak yang punya saudara pun kadang berkata ingin menyingkirkan saudaranya karena merasa terganggu.

Dalam penelitian untuk buku The Case for the Only Child, ditemukan bahwa banyak anak tunggal sebenarnya tidak pernah menanyakan soal adik. Ketika orang tua bertanya, jawaban mereka justru mengejutkan.

Seorang anak berusia 4 tahun berkata, “Aku hanya butuh Ibu dan Ayah.” Sementara anak lain yang berusia 5 tahun menolak ide punya adik dengan alasan, “Aku tidak mau berbagi Ibu dan Ayah.”

Jawab dengan Kejujuran Sesuai Usia

Saat anak menanyakan soal adik, orang tua tidak perlu panik. Yang terpenting adalah menjawab dengan kejujuran sesuai usia anak. Penjelasan bisa sederhana, misalnya keluarga merasa cukup dengan satu anak, atau bahwa orang tua ingin fokus memberikan yang terbaik untuk dirinya.

Baca Juga: Singapura Pertimbangkan Aturan Baru untuk Batasi Screen Time Anak

Jika anak sudah lebih besar, orang tua bisa berbagi alasan yang lebih kompleks, misalnya pertimbangan finansial, kesehatan, atau pengalaman pribadi. Namun, apapun alasannya, pastikan selalu menekankan bahwa anak adalah prioritas dan disayangi sepenuh hati.

Seperti yang disampaikan Susan Newman, “Respon orang tua berada di garis tipis antara berbagi pemikiran mereka — bahkan mungkin kekecewaan jika sebenarnya ingin punya anak lebih banyak — dengan memastikan anak tidak merasa dirinya ‘tidak cukup.’”

Tumbuhkan Rasa Nyaman dengan Kondisi Keluarga

Pada akhirnya, kebahagiaan anak banyak dipengaruhi oleh bagaimana orang tua memandang dan menerima ukuran keluarga mereka sendiri. Jika orang tua bahagia dan merasa cukup dengan satu anak, besar kemungkinan anak juga akan tumbuh dengan rasa puas dan percaya diri.

Cindy akhirnya merasa lega setelah membicarakan topik ini secara terbuka dengan putrinya.

Ia menyebut, “Harapan terbesar kami adalah dia tumbuh menjadi pribadi yang bahagia dan percaya diri, yang bisa berkata bahwa masa kecilnya luar biasa sebagai anak tunggal. Saya rasa kami perlu percakapan terbuka soal ukuran keluarga kami dan tentang menjadi anak tunggal.”

Ketika anak meminta adik, orang tua tidak perlu merasa bersalah atau terbebani. Lihatlah sebagai kesempatan untuk membuka percakapan tentang keluarga, kasih sayang, dan rasa syukur.

Dengan kejujuran, dukungan emosional, dan penerimaan, anak bisa belajar bahwa kebahagiaan tidak ditentukan oleh jumlah saudara, melainkan oleh cinta dan perhatian dalam keluarga itu sendiri.

Baca Juga: Strategi Menghadapi Anak yang Tantrum Saat Cara Biasa Tak Lagi Ampuh

(*)

Sumber: Psychology Today
Penulis:
Editor: Arintha Widya