Parapuan.co - Meski banyak orang tua sadar bahwa memberikan smartphone terlalu dini bisa berdampak negatif bagi anak, kenyataannya tidak sedikit yang tetap melakukannya. Di tengah gempuran teknologi dan tekanan sosial yang makin kuat, keputusan untuk memberikan ponsel pintar sering kali bukan soal kebutuhan semata, melainkan soal rasa takut akan ketertinggalan sosial.
Banyak orang tua menghadapi permintaan dari anak sejak usia dini. Bahkan, tak sedikit anak meminta gawai atau ponsel sendiri di sebelum masuk sekolah. Anak-anak sering beralasan, "Tapi semua temanku punya ponsel!"
Meski keluarga atau orang tua biasanya memilih untuk menunggu hingga sang anak setidaknya sudah masuk SD, tidak semua orang tua memiliki ketegasan yang sama. Lantas, apa sebenarnya yang membuat orang tua memberikan ponsel pintar ke anak meski sadar itu terlalu dini? Simak uraiannya melansir Parents!
Tekanan Sosial Bukan Hanya Milik Anak
Menurut sebuah studi di Spanyol, banyak orang tua anak usia 12 hingga 16 tahun memberikan smartphone bukan karena kebutuhan, melainkan karena takut anaknya dikucilkan. Uniknya, tekanan ini lebih banyak dirasakan oleh orang tua yang memiliki anak perempuan.
"Tekanan dari teman sebaya itu sangat nyata," ujar Melanie Hempe, BSN, pendiri ScreenStrong, platform edukasi untuk keluarga terkait risiko kecanduan layar.
Ia juga mengingatkan, "Semakin Anda memahami proses kecanduan dan dampaknya pada otak anak, Anda akan semakin yakin dengan keputusan untuk menunda."
Melanie Hempe menekankan pentingnya berani mengambil keputusan berdasarkan intuisi orang tua, bukan karena tekanan sekitar. "Anda harus merasa cukup nyaman melakukan hal yang menurut Anda benar, meski bertentangan dengan tren," katanya.
Ketika Alasan Kesehatan Mental dan Keselamatan Tak Lagi Cukup Kuat
Baca Juga: Selain Batasi Screen Time, Ini Cara Mengelola Dampak Negatif Digital Parenting pada Anak