Campak Kembali Merebak, Mengapa Bisa Terjadi dan Bagaimana Mencegahnya?

Arintha Widya - Sabtu, 23 Agustus 2025
Campak yang kembali merebak dan langkah mengatasinya.
Campak yang kembali merebak dan langkah mengatasinya. olvius

Parapuan.co - Dalam beberapa bulan terakhir, Indonesia kembali dihadapkan pada merebaknya penyakit campak di sejumlah daerah. Kementerian Kesehatan melaporkan adanya peningkatan kasus campak pada anak-anak, terutama di wilayah dengan cakupan imunisasi yang rendah. Sebagian kasus bahkan berujung pada komplikasi serius yang memerlukan perawatan intensif di rumah sakit.

Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran karena sebelumnya campak sempat dinyatakan hampir terkendali melalui program vaksinasi nasional. Bahkan di Sumenep, Jawa Timur, baru-baru ini mencatat kasus luar biasa (KLB) campak di mana terdapat 1.944 anak terinfeksi dan 12 meninggal dunia. Kondisi di Indonesia ini ternyata sejalan dengan tren global.

Di Amerika Serikat, misalnya, tercatat 1.375 kasus campak di 41 negara bagian pada 2025, angka tertinggi sejak penyakit tersebut dinyatakan “hilang” pada tahun 2000. Lonjakan kasus di sana sebagian besar terjadi pada anak-anak yang tidak divaksinasi. Mengutip Harvard Health Publishing, kasus kematian juga kembali dilaporkan setelah hampir satu dekade, menandakan campak bukanlah penyakit yang bisa dianggap remeh.

Mengapa Campak Mudah Menyebar?

Campak termasuk salah satu penyakit paling menular di dunia. Virusnya dapat menyebar melalui udara saat penderitanya batuk atau bersin, dan bahkan bisa bertahan di udara hingga beberapa jam. Diperkirakan 9 dari 10 orang yang tidak memiliki kekebalan akan tertular jika terpapar. Campak jauh lebih menular dibanding flu atau COVID-19.

Gejala Awal yang Sering Keliru

Gejala awal campak sering kali mirip flu, seperti demam, batuk, dan pilek. Setelah beberapa hari, biasanya muncul bercak putih kecil di dalam mulut (bintik Koplik), diikuti ruam kulit khas campak. Namun, seseorang sudah bisa menularkan virus ini beberapa hari sebelum ruam muncul, sehingga banyak orang di sekitarnya terlanjur terpapar sebelum diagnosis ditegakkan.

Bahaya Komplikasi Campak

Campak bukan hanya penyakit dengan gejala demam dan ruam. Komplikasinya bisa berbahaya, antara lain:

  • Radang otak (ensefalitis) yang dapat menimbulkan kejang, gangguan pendengaran, bahkan kecacatan intelektual.
  • Pneumonia, penyebab utama kematian pada penderita campak.
  • Gangguan pada kehamilan, seperti keguguran atau bayi lahir prematur.
  • Penyakit otak langka namun mematikan, SSPE (subacute sclerosing panencephalitis), yang bisa muncul bertahun-tahun setelah infeksi campak.

Baca Juga: Dokter Bagikan Daftar Vaksinasi untuk Anak Sesuai dengan Usianya

Data menunjukkan, sekitar 1 dari 8 penderita campak membutuhkan perawatan di rumah sakit, dan pada 1–3 dari setiap 1.000 kasus bisa berujung pada kematian.

Vaksinasi sebagai Benteng Terkuat Melawan Campak

Kabar baiknya, campak dapat dicegah dengan vaksinasi. Dua dosis vaksin campak (biasanya dalam bentuk vaksin MMR: Measles, Mumps, Rubella) memberikan perlindungan hingga 97%. Sayangnya, penurunan cakupan imunisasi di berbagai negara, termasuk Indonesia, membuat anak-anak rentan tertular.

Selain mencegah campak, vaksin juga terbukti aman. Efek sampingnya biasanya ringan, seperti nyeri di tempat suntikan atau demam ringan. Isu yang mengaitkan vaksin dengan autisme sudah lama terbantahkan secara ilmiah, namun masih sering menyumbang keraguan di kalangan masyarakat.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Untuk mencegah penyebaran campak lebih luas, beberapa langkah penting yang perlu dilakukan antara lain:

  • Lengkapi vaksinasi anak sesuai jadwal imunisasi. Jika ragu pernah divaksin, bisa melakukan pemeriksaan antibodi atau vaksinasi ulang.
  • Segera periksakan ke fasilitas kesehatan jika muncul gejala demam tinggi, batuk, bercak putih di mulut, atau ruam kulit.
  • Isolasi pasien campak minimal 4 hari setelah ruam muncul agar tidak menularkan ke orang lain.
  • Gunakan masker dan rajin cuci tangan untuk mengurangi risiko penularan.
  • Pastikan vaksinasi sebelum bepergian ke daerah atau negara dengan kasus campak tinggi.

Kembali merebaknya campak di Indonesia dan dunia menjadi pengingat bahwa penyakit yang dianggap “hilang” bisa muncul lagi ketika kewaspadaan menurun. Turunnya cakupan imunisasi adalah penyebab utama mengapa campak kembali menyebar.

Namun, kita juga tahu solusi paling ampuh untuk menghentikan wabah ini: memastikan setiap anak dan orang dewasa memiliki perlindungan vaksinasi lengkap.

Baca Juga: Campak Bisa Sebabkan Kematian pada Anak, Apa yang Perlu Orang Tua Ketahui?

(*)

Sumber: Harvard Health Publishing
Penulis:
Editor: Arintha Widya