Parapuan.co - Dalam beberapa bulan terakhir, Indonesia kembali dihadapkan pada merebaknya penyakit campak di sejumlah daerah. Kementerian Kesehatan melaporkan adanya peningkatan kasus campak pada anak-anak, terutama di wilayah dengan cakupan imunisasi yang rendah. Sebagian kasus bahkan berujung pada komplikasi serius yang memerlukan perawatan intensif di rumah sakit.
Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran karena sebelumnya campak sempat dinyatakan hampir terkendali melalui program vaksinasi nasional. Bahkan di Sumenep, Jawa Timur, baru-baru ini mencatat kasus luar biasa (KLB) campak di mana terdapat 1.944 anak terinfeksi dan 12 meninggal dunia. Kondisi di Indonesia ini ternyata sejalan dengan tren global.
Di Amerika Serikat, misalnya, tercatat 1.375 kasus campak di 41 negara bagian pada 2025, angka tertinggi sejak penyakit tersebut dinyatakan “hilang” pada tahun 2000. Lonjakan kasus di sana sebagian besar terjadi pada anak-anak yang tidak divaksinasi. Mengutip Harvard Health Publishing, kasus kematian juga kembali dilaporkan setelah hampir satu dekade, menandakan campak bukanlah penyakit yang bisa dianggap remeh.
Mengapa Campak Mudah Menyebar?
Campak termasuk salah satu penyakit paling menular di dunia. Virusnya dapat menyebar melalui udara saat penderitanya batuk atau bersin, dan bahkan bisa bertahan di udara hingga beberapa jam. Diperkirakan 9 dari 10 orang yang tidak memiliki kekebalan akan tertular jika terpapar. Campak jauh lebih menular dibanding flu atau COVID-19.
Gejala Awal yang Sering Keliru
Gejala awal campak sering kali mirip flu, seperti demam, batuk, dan pilek. Setelah beberapa hari, biasanya muncul bercak putih kecil di dalam mulut (bintik Koplik), diikuti ruam kulit khas campak. Namun, seseorang sudah bisa menularkan virus ini beberapa hari sebelum ruam muncul, sehingga banyak orang di sekitarnya terlanjur terpapar sebelum diagnosis ditegakkan.
Bahaya Komplikasi Campak
Campak bukan hanya penyakit dengan gejala demam dan ruam. Komplikasinya bisa berbahaya, antara lain:
- Radang otak (ensefalitis) yang dapat menimbulkan kejang, gangguan pendengaran, bahkan kecacatan intelektual.
- Pneumonia, penyebab utama kematian pada penderita campak.
- Gangguan pada kehamilan, seperti keguguran atau bayi lahir prematur.
- Penyakit otak langka namun mematikan, SSPE (subacute sclerosing panencephalitis), yang bisa muncul bertahun-tahun setelah infeksi campak.
Baca Juga: Dokter Bagikan Daftar Vaksinasi untuk Anak Sesuai dengan Usianya