Beauty Premium, Ketika Penampilan Masih Menentukan Nilai Perempuan di Dunia Kerja

Arintha Widya - Sabtu, 23 Agustus 2025
Ketika Penampilan Masih Menentukan Nilai Perempuan di Dunia Kerja
Ketika Penampilan Masih Menentukan Nilai Perempuan di Dunia Kerja west

Parapuan.co - Banyak orang mengira kesuksesan hanya ditentukan oleh kompetensi, etos kerja, dan pengalaman. Namun, bagi perempuan, kenyataannya tidak sesederhana itu. Penampilan, gaya berpakaian, hingga riasan wajah sering kali ikut menjadi “mata uang” tak kasatmata yang memengaruhi gaji maupun peluang karier. Fenomena ini dikenal dengan istilah beauty premium.

Seorang penulis dan jurnalis lepas berbagi pengalamannya seperti dikutip dari Your Tango. Ia berhasil membangun karier mapan sebagai pekerja mandiri dengan penghasilan enam digit per tahun, memiliki rumah, dan bebas mengatur jadwal kerja. Namun, ada rahasia kecil yang ia simpan: sejak bekerja penuh jarak jauh pada 2016, ia hampir tidak pernah menyalakan kamera saat rapat virtual. Dengan cara itu, klien dan rekan kerja menilai dirinya hanya dari kualitas pekerjaan, bukan dari penampilan luar.

Keputusan itu bukan tanpa alasan. Sebelum menjadi penulis profesional, ia pernah bekerja sebagai pelayan di sebuah sports bar. Di sana, tubuh langsing, riasan tebal, dan pakaian ketat bukan hanya tuntutan, tapi juga penentu besar kecilnya tip. Bahkan, pelecehan dari atasan dianggap risiko yang harus diterima. Pengalaman pahit itu membuatnya bertekad: ia tak mau lagi dinilai hanya dari wajah atau tubuhnya, melainkan dari kemampuan dan kecerdasannya.

Fakta Riset: Perempuan dengan Riasan Lebih 'Bernilai'

Sayangnya, bias terhadap penampilan masih nyata di dunia profesional. Penelitian menunjukkan perempuan yang memakai makeup berpotensi mendapatkan gaji 20% lebih tinggi dibanding mereka yang tampil polos.

Sebuah studi pada 2023 terhadap lulusan MBA menemukan bahwa lulusan yang dianggap menarik secara fisik berpeluang lebih besar menduduki posisi tinggi dan memiliki penghasilan rata-rata US$5.528 lebih besar per tahun dibanding mereka yang dinilai “biasa saja”.

Lebih jauh lagi, penelitian di Journal of Economic Psychology mengungkap, “Kami menemukan adanya ‘premi murni makeup’ yang dimediasi oleh gender. Perempuan dengan riasan menerima penghargaan finansial lebih tinggi dibanding tanpa riasan, khususnya ketika dinilai oleh laki-laki.”

Di permukaan, kenaikan gaji karena riasan terdengar menguntungkan. Namun, jika ditelaah lebih dalam, sebenarnya ini bisa dianggap sebagai “pajak kecantikan”. Mengapa? Karena perempuan sejak awal sudah menerima gaji sekitar 20% lebih rendah daripada laki-laki untuk pekerjaan yang sama.

Lalu, untuk “mengejar ketinggalan”, mereka harus mengeluarkan biaya besar untuk makeup, perawatan rambut, hingga pakaian. Diperkirakan, seorang perempuan Amerika rata-rata menghabiskan hampir Rp4 miliar sepanjang hidupnya hanya untuk penampilan. Dengan kata lain, tambahan 20% gaji justru habis untuk membayar ongkos agar bisa dianggap layak.

Baca Juga: Perempuan Bekerja Wajib Tahu Kunci Tingkatkan Karier Lewat Aturan 10-10-10

Sumber: Your Tango
Penulis:
Editor: Arintha Widya