3. Bertindak dengan Cinta, Bukan Amarah
Banyak orang tua bingung: apakah menggendong anak keluar dari ruangan bertentangan dengan pola asuh yang lembut? Rosensweet menegaskan, bukan soal apa yang dilakukan, tetapi bagaimana caranya.
"Kamu bisa melakukannya dengan marah, atau dengan penuh kasih: ‘Sepertinya ini sudah terlalu berat. Yuk, kita keluar sebentar,’" jelasnya. Membuat batasan atau meninggalkan situasi bukan berarti keras, selama dilakukan dengan tenang dan penuh empati.
4. Ubah Sudut Pandang dengan Empati
Saat tantrum datang, mudah sekali melihat anak sebagai ‘bandel’ atau menantang orang tua. Padahal, menurut Rosensweet, penting untuk mengubah cara pandang.
"Ingatlah, mereka sedang mengalami kesulitan, bukan sedang menyulitkanmu," katanya. Dengan perspektif ini, respon orang tua akan lebih penuh kasih, bukan kontrol.
5. Mencegah Titik Rawan Tantrum
Tak semua tantrum bisa dicegah, tapi beberapa bisa diantisipasi. Contohnya, jika anak sudah lelah, lapar, atau jenuh, risiko tantrum tentu meningkat. Rosensweet menyarankan agar orang tua lebih realistis terhadap kapasitas anak.
"Cobalah menilai kemampuan anakmu. Mungkin tanyakan pada diri sendiri, ‘Apakah belanja ini bisa aku lakukan sendiri? Haruskah aku benar-benar membawa anak ke situasi ini?’" ujarnya.
Dengan memahami kondisi fisik dan emosi anak, orang tua bukan sedang “kalah”, melainkan menunjukkan kecerdasan dalam pola asuh.
Demikian tadi strategi mengatasi tantrum anak ketika metode sesuai pola asuhmu yang biasanya tidak efektif. Semoga bermanfaat.
Baca Juga: Anak Tantrum saat Perjalanan Mudik Lebaran, Orang Tua Harus Apa?
(*)