Peneliti BRIN Anggia Prasetyoputri Sebut Pentingnya Support System bagi Perempuan Karier

Saras Bening Sumunar - Selasa, 19 Agustus 2025
Peran support system bagi Anggia Prasetyoputri sebagai peneliti perempuan di BRIN.
Peran support system bagi Anggia Prasetyoputri sebagai peneliti perempuan di BRIN. Instagram/anggia_prasetyoputri

Setelah berkeluarga, tentu tidak mungkin ia bersikap egois dan memutuskan sepihak. Di sinilah peran suami sangat terlihat. Ketika Anggia melanjutkan studi S2, ia baru saja menikah.

Kala itu, ia dan suaminya masih berdua sehingga perjalanan studinya bisa dijalani bersama dengan cukup ringan. Namun, setelah menyelesaikan S2 dan memiliki anak, ia tetap berkomitmen untuk melanjutkan studi S3.

Tantangan semakin besar, tetapi dukungan dari sang suami benar-benar luar biasa. Anggia menyebut bahwa suaminya sampai rela dua kali mengundurkan diri dari pekerjaan hanya demi mendampingi Anggia menempuh pendidikan, baik di tingkat S2 maupun S3.

"Waktu itu (menempuh pendidikan S2 dan S3) support suami sangat krusial ya. Bahkan suami saya rela resign kerja dua kali untuk menemaki saya kuliah di Australia," cerita Anggia.

"Jadi suami saya pending dulu gitu ya, pending tentang kariernya sendiri dan full support saya selama studi," imbuhnya.

Di masa-masa sulit, seperti ketika menghadapi penelitian yang gagal, eksperimen tidak berjalan sesuai harapan, atau ketika semangatnya menurun, support system inilah yang hadir untuk menguatkan Anggia.

Suami, anak-anak, serta sang ibu selalu meyakinkan bahwa semua kesulitan hanya bersifat sementara. Mereka memberikan dorongan moral bahwa ia mampu melewati semua tantangan, dan keyakinan itu terbukti membuatnya tetap bertahan hingga kini.

Anggia pun menyadari, dua dekade perjalanan karirnya sebagai peneliti perempuan tidak mungkin bisa terlewati tanpa adanya support system yang kokoh di sekelilingnya. Selain keluarga inti, Anggia juga merasa sangat terbantu dengan adanya komunitas sesama peneliti dan akademisi.

Dari sana, ia tidak hanya memperoleh masukan ilmiah dan motivasi, tetapi juga merasakan adanya sense of belonging yang membuatnya tidak merasa sendirian menghadapi tantangan di dunia penelitian. Dukungan dari rekan sejawat ini menambah lapisan kekuatan emosional dan profesional dalam perjalanannya.

Pada akhirnya, perjalanan pendidikan Anggia memang terwujud sesuai dengan harapannya. Ia berhasil menempuh studi S2 di University of Melbourne dan melanjutkan S3 di University of Queensland, Brisbane, keduanya melalui beasiswa prestisius Australia Awards.

Semua pencapaian tersebut tidak bisa dilepaskan dari support system yang kuat, baik dari keluarga, orang tua, suami, anak-anak, maupun komunitas peneliti.

Baginya, support system bukan sekadar pendamping, tetapi fondasi penting yang memastikan seorang perempuan peneliti tetap teguh melangkah dalam perjalanan akademik dan karier penuh tantangan.

Baca Juga: Bergelut dengan Owa Jawa dan Hutan, Ini Cara Rahayu Oktaviani Atasi Kejenuhan