Parapuan.co - Di era percintaan modern, berbagai istilah tren toxic relationship bermunculan—mulai dari ghosting, breadcrumbing, hingga floodlighting. Namun kini ada satu istilah baru yang diam-diam mulai jadi momok: Banksying. Bagi sebagian orang, fenomena ini terasa lebih menyakitkan daripada ghosting karena dilakukan secara perlahan dan terencana.
Bayangkan, Kawan Puan merasa hubungan berjalan stabil, bahkan penuh keyakinan akan masa depan bersama, tetapi tiba-tiba segalanya runtuh begitu saja. Tanpa kamu sadari, pasangan sudah menyiapkan “jalan keluar” sejak lama.
Yuk, kenali apa itu banksying, alasan seseorang melakukannya, tanda-tanda kamu mengalami, hingga cara mengatasinya seperti dikutip dari The Every Girl berikut ini!
Apa Itu Banksying?
Istilah ini diambil dari nama seniman jalanan Inggris, Banksy, yang terkenal misterius—menciptakan karya lalu menghilang tanpa terlihat. Dalam konteks hubungan, banksying berarti seseorang secara perlahan menjauh dari pasangannya dalam hitungan minggu atau bulan sambil merencanakan untuk mengakhiri hubungan.
Beda dengan ghosting yang menghilang tiba-tiba, banksying adalah proses yang lebih terukur. Pelaku secara emosional mempersiapkan diri untuk pergi tanpa merasa bersalah, namun meninggalkan pasangannya dalam kebingungan dan rasa sakit mendalam.
Mengapa Orang Melakukan Banksying?
Alasan utamanya adalah menghindari kerentanan dan konfrontasi. Di tengah budaya digital yang serba cepat, banyak orang terbiasa mencari “opsi lain” lewat aplikasi kencan atau media sosial, sehingga enggan menghadapi konflik dalam hubungan.
Pola ini sering kali muncul pada orang dengan avoidant attachment style—yang cenderung takut membuka diri dan membicarakan masalah secara jujur.
Baca Juga: Komunikasi Sehat Bisa Bantu Atasi Konflik dalam Hubungan Asmara, Ini Penjelasannya
Tanda-Tanda Kamu Mengalami Banksying
Mendeteksi banksying memang sulit, tetapi ada beberapa sinyal yang patut diwaspadai:
- Pasangan mulai menghindari pembicaraan serius, terutama soal masa depan atau perasaan.
- Kontak fisik berkurang, seperti jarang memeluk, mencium, atau sekadar menggenggam tangan.
- Saat kamu menyampaikan kekhawatiran, respons yang diberikan cenderung umum dan menghindari kedalaman.
- Terlihat lebih sering terdistraksi atau tidak lagi antusias terhadap kebersamaan.
Meskipun tanda-tanda ini belum tentu berarti kamu sedang di-Banksy-kan, waspada dan menjaga komunikasi terbuka bisa membantu mencegahnya.
Bagaimana Menghadapinya?
Jika kamu menjadi korban banksying, wajar untuk merasa bingung, marah, atau kecewa. Izinkan diri untuk merasakan emosi itu—menekannya hanya akan memperlambat proses penyembuhan. Kamu bisa mencoba:
- Menulis jurnal untuk menuangkan pikiran dan perasaan.
- Berbagi cerita dengan teman dekat atau terapis.
- Menulis surat kepada mantan (tidak harus dikirim) sebagai bentuk pelepasan emosi.
- Mengisi waktu dengan aktivitas yang menguatkan diri, seperti olahraga, jalan-jalan sendiri, atau mencoba hobi baru.
Ingat, penutupan tidak selalu datang dari pihak yang meninggalkanmu. Kadang, penutupan itu adalah kesadaran bahwa kamu layak mendapat komunikasi yang jujur dan pasangan yang mau berjuang bersama, bukan lari ketika keadaan sulit.
Fenomena banksying bisa menjadi pengingat bahwa kesehatan hubungan tak hanya bergantung pada momen-momen manis, tapi juga pada kesediaan kedua pihak untuk menghadapi ketidaknyamanan bersama-sama.
Baca Juga: Mengapa Banyak Perempuan Jadi Korban Ghosting? Jawabannya Kompleks
(*)