Sehingga tanpa adanya upaya bersama dari orang tua untuk menjaga konsistensi aturan, kehadiran emosional, dan keteraturan keseharian, anak lebih rentan mengalami masalah perilaku, kesulitan emosi, penurunan prestasi akademik, dan gangguan hubungan sosial.
Keuntungan pengaturan hak asuh bersama atau kolaboratif menunjukkan bahwa anak-anak cenderung mengalami hasil psikologis yang lebih baik, dengan gejala perilaku dan emosional yang lebih sedikit, harga diri yang lebih tinggi, serta relasi keluarga dan prestasi sekolah yang lebih stabil dibandingkan ketika pengasuhan dikelola secara sepenuhnya terpisah.
Selain manfaat langsung bagi anak, co-parenting juga memberikan keuntungan praktis dan psikologis bagi kedua orang tua. Ketika mantan pasangan mampu merancang kesepakatan pengasuhan yang jelas, misalnya jadwal kunjungan yang terstruktur, aturan disiplin dasar yang disepakati bersama, mekanisme komunikasi yang terpisah dari urusan emosional, maka beban pengasuhan dapat terbagi.
Keputusan penting terkait pendidikan dan kesehatan dapat dibuat bersama tanpa harus kembali memicu konflik lama, dan kesempatan bagi anak untuk mempertahankan relasi yang bermakna dengan kedua orang tua juga tetap terjaga.
Di konteks hukum Indonesia, prinsip tanggung jawab bersama orang tua atas pengasuhan anak tetap diakui sehingga co-parenting seringkali bisa dikonkretkan lewat rencana pengasuhan atau keputusan pengadilan yang mengatur hak asuh dan kunjungan.
Untuk mencapai manfaat tersebut, penting juga memahami bahwa co-parenting bukanlah satu model tunggal, melainkan praktik yang meliputi co-parenting kooperatif (kedua orang tua komunikatif dan terkoordinasi), co-parenting terjadwal/bergantian (pembagian waktu tinggal dan tanggung jawab yang seimbang).
Dalam praktiknya, pasangan yang bersedia menerapkan komitmen bersama terhadap pola asuh ini biasanya dibantu oleh pedoman tertulis (parenting plan), mediator atau konselor keluarga, dan alat komunikasi yang difokuskan pada hal-hal anak saja agar urusan emosional pribadi tidak mengaburkan keputusan pengasuhan.
Baca Juga: Cara Menghadapi Mertua yang Selalu Membandingkan Gaya Parenting
(*)