Selama 15 hari, para peserta dimonitor secara ketat. Hasilnya menunjukkan bahwa:
- Tidak ada perubahan kadar hormon alami tubuh.
- Fungsi ginjal dan hati tetap normal.
- Tidak ditemukan kerusakan sel atau peradangan.
- Irama jantung stabil.
- Tidak ada perubahan mood maupun gairah seksual.
Namun, karena percobaan ini bersifat jangka pendek dan dengan jumlah peserta yang terbatas, diperlukan uji klinis lanjutan (fase 2 dan 3) untuk menguji efektivitas jangka panjang, efek samping, serta potensi pembalikan kesuburan setelah konsumsi dihentikan.
Kenapa Upaya Kontrasepsi Pria Sebelumnya Gagal?
Upaya menciptakan kontrasepsi pria bukan hal baru. Tapi kebanyakan mengalami kegagalan karena alasan berikut:
- Efek samping hormonal yang berat, seperti perubahan suasana hati, jerawat, dan penurunan libido.
- Ketidaknyamanan prosedur, seperti suntikan langsung ke skrotum.
- Kurangnya reversibilitas, terutama pada metode seperti vasektomi atau penyuntikan zat ke saluran sperma.
Contoh yang pernah dikembangkan sebelumnya adalah suntikan hormon progestin untuk menghentikan produksi sperma. Sayangnya, hormon ini juga menghentikan produksi testosteron, sehingga pasien harus menambahkan testosteron secara terpisah untuk menjaga fungsi tubuh tetap stabil. Kombinasi ini terbukti terlalu rumit dan berisiko tinggi bagi pengguna, hingga akhirnya ditinggalkan.
Mengapa Kontrasepsi Ini Bisa Jadi Harapan Baru?
YCT-529 menawarkan pendekatan yang lebih aman dan praktis. Ia bekerja langsung pada sistem reproduksi tanpa harus “mengacaukan” sistem hormonal pria secara menyeluruh. Hal ini menjadi kabar baik karena sampai saat ini, belum ada metode kontrasepsi pria yang sebanding secara efektif dengan pil KB perempuan—baik dari segi efisiensi, kenyamanan, maupun pembalikan efek.
Kondom, meski populer dan minim efek samping, memiliki tingkat kegagalan yang cukup tinggi (sekitar 12%-18% dalam penggunaan biasa). Sedangkan vasektomi, walaupun efektif, adalah prosedur permanen yang tidak mudah dibalik.
Masih dibutuhkan waktu dan serangkaian uji lanjutan sebelum YCT-529 bisa dipasarkan secara luas. Namun, hasil awal yang menjanjikan ini memberikan harapan baru bagi kesetaraan dalam tanggung jawab kontrasepsi.
Jika berhasil, pria tak hanya bergantung pada kondom atau prosedur vasektomi, tetapi bisa memilih metode kontrasepsi yang aman, nyaman, dan bisa dihentikan kapan saja tanpa efek samping jangka panjang.
Ini bukan hanya kemajuan medis, tapi juga langkah besar menuju keadilan dalam pengambilan keputusan reproduktif di dalam hubungan.
Baca Juga: Vasektomi Dianggap Ancaman Maskulinitas di Tengah Beban Kontrasepsi Perempuan
(*)