Parapuan.co - Anak-anak adalah sepertiga populasi Indonesia, dan merekalah yang akan menentukan wajah bangsa di masa depan. Tapi apakah kita sudah cukup peduli pada kondisi kesehatan mereka?
Mengacu pada data terbaru dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) dan berbagai lembaga terkait, berikut adalah fakta-fakta penting tentang kesehatan anak Indonesia di tahun 2025 yang perlu menjadi perhatian bersama:
1. Sepertiga Jiwa di Indonesia Adalah Anak-Anak
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2025, jumlah anak di Indonesia mencapai 75,6 juta jiwa. Ini berarti hampir satu dari tiga warga negara adalah anak-anak usia 0–17 tahun.
Fakta ini menegaskan bahwa isu-isu terkait kesehatan, pendidikan, dan perlindungan anak harus menjadi prioritas utama dalam kebijakan dan kehidupan sehari-hari.
2. Angka Stunting Turun, Tapi Belum Aman
Berdasarkan Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, prevalensi stunting menurun menjadi 19,8%, dari sebelumnya 21,5%. Ini berarti sekitar 377 ribu anak berhasil diselamatkan dari risiko gagal tumbuh kembang.
Namun, masih ada 4,4 juta anak yang mengalami stunting. Penurunan ini patut diapresiasi, tapi tantangan besar masih ada di depan mata, terutama dalam memastikan MPASI yang bergizi lengkap dan cukup energi bagi bayi.
3. Kesehatan Mental Remaja Perlu Perhatian Serius
Baca Juga: Mengenal Golongan Keluarga Berisiko Stunting Menurut Kemendukbangga
Hasil survei Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) 2022 mengungkap bahwa 1 dari 3 remaja Indonesia mengalami masalah kesehatan mental.
Sayangnya, hanya 2,6% dari mereka yang mendapatkan layanan konseling. Stigma dan keterbatasan akses menjadi kendala utama. Kita perlu lebih banyak ruang aman dan terbuka untuk remaja agar mereka bisa bicara tanpa takut dihakimi.
4. Anemia Masih Jadi Musuh Remaja Putri
Remaja putri dianjurkan untuk rutin minum Tablet Tambah Darah (TTD) seminggu sekali. Hal ini untuk mencegah anemia yang bisa menyebabkan lemas, sulit fokus, hingga membahayakan kehamilan di masa depan.
Namun, masih banyak remaja yang belum tahu pentingnya TTD. Edukasi dari orang tua, guru, dan teman sebaya sangat diperlukan untuk meningkatkan kesadaran ini.
5. Anak Disabilitas dan Tantangan Inklusi
Sebanyak 3,3% anak usia 5–17 tahun di Indonesia mengalami disabilitas, menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018. Sayangnya, banyak dari mereka belum mendapat akses pendidikan inklusif dan layanan kesehatan yang layak.
Mewujudkan lingkungan yang ramah dan inklusif harus menjadi tanggung jawab kolektif—bukan hanya tugas pemerintah, tapi juga masyarakat.
6. Sanitasi = Kunci Dasar Kesehatan Anak
Baca Juga: 5 Tips Jaga Kesehatan Anak di Tengah Perubahan Iklim yang Tak Menentu
Sanitasi yang buruk masih menjadi akar permasalahan banyak penyakit pada anak, seperti diare dan infeksi cacing. Padahal, cuci tangan pakai sabun bisa mengurangi risiko diare hingga 40%.
Akses terhadap air bersih, toilet sehat, dan kebiasaan bersih sehari-hari harus ditanamkan sejak dini, baik di rumah maupun sekolah.
7. MPASI: Bukan Sekadar Kenyang
Salah satu penyebab stunting di Indonesia adalah pemberian MPASI (Makanan Pendamping ASI) yang tidak sesuai dengan kebutuhan bayi. MPASI yang ideal harus diberikan pada waktu yang tepat, mengandung gizi lengkap, dan cukup energi.
Ini menunjukkan bahwa edukasi gizi pada orang tua, terutama ibu, perlu diperluas—bukan hanya soal memberi makan, tapi memahami nutrisi yang tepat untuk pertumbuhan optimal.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Dari data di atas, kita bisa menarik benang merah bahwa anak Indonesia butuh lebih dari sekadar makanan dan tempat tinggal. Mereka butuh akses gizi, kesehatan mental yang terjaga, sanitasi yang layak, dan lingkungan yang peduli serta inklusif.
Kita bisa mulai dengan langkah kecil:
- Menyebarkan informasi benar tentang MPASI dan TTD.
- Menjadi teman cerita bagi remaja di sekitar kita.
- Mendukung anak-anak disabilitas agar tidak terpinggirkan.
- Menjaga kebersihan bersama di lingkungan rumah atau sekolah.
Yuk, kita jaga bersama masa depan anak-anak Indonesia. Masa depan mereka adalah masa depan Tanah Air kita!
Baca Juga: Tak Hanya Melengkapi Nutrisi Anak, Ini 7 Alasan MPASI Harus Bervariasi
(*)