Mengapa Perempuan Sulit Sembuh dari Patah Hati setelah Putus Cinta?

Saras Bening Sumunar - Minggu, 20 Juli 2025
Patah hati setelah putus dari pasangan.
Patah hati setelah putus dari pasangan. freepik

Parapuan.co - Dalam setiap babak kehidupan, cinta sering kali hadir sebagai salah satu pengalaman paling memabukkan sekaligus menyembuhkan.

Ketika cinta yang telah dirawat dengan segenap hati tiba-tiba runtuh, kehancuran tidak hanya menyisakan kesedihan biasa, melainkan ada luka emosional. Ini bisa bertahan jauh lebih lama daripada yang terlihat dari luar.

Bagi perempuan, patah hati sering kali terasa lebih kompleks dan mendalam. Bukan hanya karena intensitas perasaan yang diberikan, tetapi juga karena cara perempuan membangun makna, memelihara harapan, dan menyatukan dirinya dalam relasi.

Saat kamu menjalin hubungan, ada proses psikologis yang sangat dalam ikut bekerja. Di sini, kamu membangun kepercayaan, menyusun rencana masa depan, dan menginvestasikan emosi dalam skala yang tidak kecil.

Ketika semua itu hancur, perempuan tidak hanya kehilangan pasangan, tetapi juga kehilangan versi masa depan yang telah ia bayangkan, serta sebagian dari identitas dirinya sendiri.

Ini bukan sekadar soal menangis di malam hari atau mendengarkan lagu-lagu sendu. Ini adalah perjuangan batin yang kerap tidak disadari oleh lingkungan sekitar, bahkan oleh dirinya sendiri.

Lantas, mengapa perempuan membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh dari patah hati setelah putus cinta? Berikut penjelasan lengkapnya!

1. Investasi Emosi yang Dalam

Perempuan cenderung mencurahkan seluruh jiwanya dalam hubungan, bukan hanya secara fisik, tapi juga emosional, mental, bahkan spiritual. Ketika kamu mencintai, kamu bukan hanya hadir sebagai pasangan, tetapi juga sebagai teman, pendengar, penyemangat, bahkan tempat perlindungan.

Baca Juga: Kedukaan Setelah Putus Cinta Rentan Dialami Perempuan, Begini Prosesnya

Maka ketika hubungan itu hancur, kehilangan yang kamu rasakan bukan hanya kehilangan seseorang, tapi kehilangan bagian penting dari dirimu yang telah kamu dedikasikan selama ini.

Proses penyembuhan pun menjadi rumit karena kamu tidak hanya harus melupakan orangnya, tapi juga harus merekonstruksi kembali siapa dirimu tanpa dirinya.

2. Tekanan Sosial dan Budaya yang Tidak Terlihat

Dalam banyak budaya, termasuk budaya Timur, perempuan sering kali diharapkan untuk menjadi penjaga hubungan, pemaaf, dan pemberi pengertian. Ketika sebuah hubungan kandas, sebagian besar perempuan merasa gagal memenuhi ekspektasi sosial yang tak terucapkan ini.

Kamu mungkin merasa bersalah, merasa "tidak cukup baik", bahkan merasa malu karena tidak bisa mempertahankan hubungan. Padahal, perpisahan bukanlah kegagalan, tapi bisa jadi bentuk pertumbuhan.

3. Ikatan Emosional dan Harapan Masa Depan

Perempuan tidak hanya menjalin relasi dengan seseorang, tapi juga dengan harapan dan impian yang melekat padanya. Ketika kamu mencintai, kamu membayangkan pernikahan, anak-anak, dan masa tua bersama.

Maka saat cinta itu berakhir, kamu bukan hanya kehilangan seseorang di masa kini, tapi juga seluruh masa depan yang telah kamu lukis dalam pikiran. Kehilangan imajinasi tentang masa depan ini bisa sama menyakitkannya dengan kehilangan yang nyata.

4. Rasa Tanggung Jawab Berlebihan atas Hubungan

Karena perempuan cenderung ingin menjaga keharmonisan, banyak dari kamu yang merasa bertanggung jawab atas keberlangsungan hubungan. Ketika hubungan berakhir, kamu pun merasa bersalah atau mempertanyakan apakah kamu sudah cukup berusaha.

Perasaan bersalah ini bisa menghambatmu untuk benar-benar melepaskan dan melanjutkan hidup, karena kamu terus dihantui oleh pikiran bahwa mungkin kamu bisa melakukan lebih banyak.

5. Ketergantungan Emosional yang Tidak Disadari

Tanpa disadari, banyak perempuan menjadikan hubungan sebagai sumber utama kebahagiaan dan rasa aman. Ketika pasangan pergi, seolah-olah fondasi hidup runtuh. Ini bukan berarti kamu lemah, tapi ini menandakan bahwa kamu telah menanamkan terlalu banyak nilai diri pada keberadaan orang lain.

Maka dari itu, sembuh dari patah hati juga berarti menemukan kembali kekuatan dan kebahagiaan dari dalam diri, bukan dari luar.

Baca Juga: Baru Putus Cinta? Isi Hari Jomblo dengan 7 Aktivitas Seru Ini

*Sebagian dari artikel ini dibuat dengan bantuan kecerdasan buatan (artificial intelligence - AI).

(*)