“Swarm intelligence adalah perilaku kolektif dari sistem terdesentralisasi yang mencapai tujuannya melalui interaksi antar individu. Pembagian kerja, kepercayaan, dan koordinasi membangun ketahanan. Organisasi gagal ketika sistem internalnya saling menyerang,” tambahnya lagi.
Dalam buku ini, terungkap kekuatan yang bisa menghambat pertumbuhan bisnis, mulai dari disonansi internal, absensi pemikiran sistematis, hingga burnout emosional. Elizabeth mengilustrasikannya seperti tubuh manusia yang dapat mengalami kerusakan internal jika sistemnya berbalik melawan diri sendiri.
Maka, seperti diingatkan olehnya, salah satu pendekatan kunci dalam mengembangkan bisnis adalah dengan inversion thinking method, yaitu berpikir dari sudut sebaliknya, yang juga dipaparkan dalam buku ini.
“Alih-alih bertanya bagaimana cara tumbuh, tanyakan dulu bagaimana cara menghancurkan bisnis ini? Dari sana, kita bisa merancang sistem pertahanan yang lebih kuat," tuturnya lagi.
Elizabeth percaya bahwa scale up bisnis bukan hanya tentang sistem, operasional, atau keuangan. "Itu semua soal hygiene, alias bare minimum. Tantangan sesungguhnya ada pada bagaimana kita ‘bertahan melawan
serangan penyakit’ dengan mengembangkan pola pikir, mekanisme mitigasi risiko, dan tim kita, agar mereka tidak justru menyerang balik seperti penyakit autoimun,” ujarnya.
Hal lain yang membuat buku ini menarik adalah bagaimana "The Scale-Up Guidebook: Scaling with Clarity" membahas langsung ke pokok permasalahan secara praktis dan manusiawi. Dengan isi 398 halaman, Elizabeth bisa membumikan konsep-konsep yang kompleks menjadi lebih mudah dipahami dan dipraktekkan langsung.
Sehingga dalam buku ini tak hanya membahas perihal strategi dan keuangan semata, namun juga tentang keseimbangan mental, dinamika tim, dan peran sistem yang sehat dalam menghadapi tekanan bisnis.
Baca Juga: Sosok Perempuan Inspiratif di Balik Bisnis Pengolahan Sampah INGRAM
/photo/2025/07/14/copy-of-dsc09913jpg-20250714040130.jpg)
“Banyak pendiri sangat hebat dalam produk dan pasar, tapi kesulitan dalam operasional dan keuangan. Kita tidak bisa menutup celah yang bahkan tidak kita sadari ada. Kita tidak bisa mendelegasikan hal yang tidak kita pahami. Kita harus paham dasar-dasarnya agar bisa mengajukan pertanyaan yang tepat dan melindungi bisnis kita,” paparnya.
Bagi Elizabeth, menjalankan bisnis itu seperti mengelola tubuh dan pikiran kita sendiri. “Ketika kita mengabaikan hal-hal mendasar seperti kesehatan finansial, dinamika tim, dan keselarasan pribadi, kita kehilangan keseimbangan. Buku ini membantu mengembalikannya,” ujarnya.
Adapun dalam buku ini Kawan Puan bisa mengenali titik buta hingga merumuskan keputusan sulit dalam mengembangkan bisnis. Lebih dari tiu , buku ini menjadi pendamping berpikir yang akan membantu Kawan Puan dalam menghadapi kekacauan, menyederhanakan kerumitan, dan memberikan alat yang bisa langsung digunakan.
Maka untuk Kawan Puan yang merupakan seorang pendiri bisnis, analis bisnis, pebisnis pemula, bis mendapatkan buku ini di toko buku Periplus, Kinokuniya, Tokopedia, serta platform global seperti Amazon dan Google Books.
(*)