Belajar dari Kasus Nadin Amizah, Simak Cara Bijak Mengekspresikan Cinta sebagai Penggemar

Arintha Widya - Selasa, 8 Juli 2025
Menjadi penggemar yang bijak, belajar dari kasus Nadin Amizah
Menjadi penggemar yang bijak, belajar dari kasus Nadin Amizah Dok. Kiehl's Indonesia

Penggemar Angelina Jolie juga mengambil inspirasi dari keberaniannya menjalani mastektomi sebagai tindakan pencegahan kanker payudara. Banyak dari mereka akhirnya terdorong untuk menjalani pemeriksaan kesehatan yang sama. Idola bisa menjadi cermin kekuatan, bukan objek pemujaan berlebihan.

3. Bijak dalam Mengeluarkan Waktu dan Uang

Mengoleksi merchandise atau datang ke konser tentu menjadi bentuk dukungan yang menyenangkan. Tapi bukan berarti harus mengukur nilai cinta kita dari seberapa banyak uang yang kita habiskan. Tidak membeli semua barang atau tidak hadir ke semua acara bukan berarti kita kurang cinta.

Lebih bijak jika investasi diarahkan pada barang-barang bernilai jangka panjang, seperti rilisan terbatas atau memorabilia bertanda tangan. Ini menunjukkan penghargaan terhadap karya idola, bukan sekadar memenuhi obsesi pribadi.

4. Jangan Memberi Makan Obsesi

Obsesi tidak terjadi dalam semalam. Ia tumbuh saat seseorang terus-menerus mencari dan mengonsumsi konten sang idola, mengabaikan realitas hidup sendiri. Akibatnya, batas antara rasa kagum dan kepemilikan semu menjadi kabur. Penggemar bisa mulai merasa memiliki hak atas kehidupan sang idola, termasuk siapa yang boleh mereka cintai, bagaimana mereka berpakaian, atau bahkan ke mana mereka boleh pergi.

Cara menghindarinya? Jauhkan diri sejenak dari konten tentang idola. Fokus pada diri sendiri—cita-cita, hobi, relasi nyata. Tanyakan pada diri sendiri: Apa tujuan hidup saya selain mengikuti aktivitas sang selebritas?

Jika merasa tidak bisa lepas dari bayang-bayang sang idola, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Obsesi yang tak terkendali bisa berdampak buruk pada kesehatan mental.

Menjadi Penggemar yang Sehat Itu Mungkin

Selebritas, seperti Nadin Amizah, memberikan karya, inspirasi, dan hiburan kepada kita. Namun, mereka tetap manusia biasa yang punya batas, hak atas tubuh, dan kehidupan personal. Cinta yang tulus seharusnya hadir dalam bentuk dukungan penuh empati, bukan kepemilikan atau pemaksaan.

Di dunia yang semakin terhubung, menjadi penggemar yang sehat bukan hanya soal etika, tapi juga bentuk kedewasaan. Jika kamu benar-benar mencintai idolamu, jadilah penggemar yang bisa membuat mereka merasa aman, dihargai, dan didukung—bukan terancam di tengah kerumunan yang mengaku mencintai.

Baca Juga: Sinopsis Drakor Lovely Runner, Perempuan yang Menyelamatkan Hidup Idolanya

(*)

Penulis:
Editor: Arintha Widya