From Zero to Hero Syndrome, Bagaimana Cara Perempuan Menghadapinya?

Saras Bening Sumunar - Senin, 7 Juli 2025
Cara perempuan menghadapi from zero to hero syndrome.
Cara perempuan menghadapi from zero to hero syndrome. Freepik

Parapuan.co - Fenomena From Zero to Hero Syndrome belakangan begitu viral di media sosial. From Zero to Hero Syndrome adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan sikap, perilaku, dan cara berpikir laki-laki setelah ia mencapai kesuksesan besar dalam hidupnya.

Dalam konteks hubungan asmara, From Zero to Hero Syndrome menggambarkan kecenderungan beberapa laki-laki untuk meninggalkan pasangan yang setia menemaninya sejak masa sulit, karena setelah mencapai keberhasilan.

Setelah sukses, ia merasa memiliki kebebasan untuk memilih hidupnya sendiri yang berbeda, termasuk memilih pasangan yang menurutnya kini lebih "sepadan" dengan status barunya.

Hal ini bisa dipicu berbagai faktor seperti perubahan lingkungan sosial, meningkatnya rasa percaya diri yang berlebihan, tekanan dari lingkaran baru, bahkan ego yang merasa berhak mendapatkan lebih baik karena merasa sudah bekerja keras mencapai titik sukses tersebut.

Akibatnya, perempuan yang dahulu menjadi satu-satunya sandaran emosional, justru tersingkir dari kehidupan baru sang kekasih. Lantas, bagaimana seharusnya perempuan menghadapi from zero to hero syndrome?

Menurut psikolog klinis Melisa, M.Psi, Psikolog, langkah awal yang perlu dilakukan perempuan ketika menghadapi sindrom ini adalah validasi emosi tidak nyaman. Perasaan kecewa, marah, dan sedih adalah reaksi wajar saat merasa dikhianati setelah melakukan pengorbanan panjang.

Sebaiknya, terima semua emosi yang dirasakan agar kamu bisa puas meluapkan rasa sedih. Menolak atau menepis emosi justru bisa membuatmu tidak kunjung sembuh.

"Boleh untuk merasakan emosi-emosi yang tidak nyaman, kecewa, marah, sedih, jijik mungkin. Adanya perasaan itu normal," ujar Melisa dikutip dari Kompas.com.

Menurutnya, emosi tersebut adalah sinyal bahwa kita masih manusiawi. Justru jika tidak merasa apa-apa, perlu dicurigai ada luka yang dipendam atau tak disadari. Selain validasi emosi, langkah lain yang perlu dilakukan adalah melakukan refleksi dan evaluasi hubungan.

Baca Juga: Mengenal Istilah Intimacy Issues dan Berbagai Jenisnya, Simak!

Setelah emosi mulai stabil, penting untuk merefleksikan hubungan yang telah dijalani. Misalnya, apakah hubungan tersebut layak diperjuangkan dan apa pembelajaran yang bisa diambil.