Efek Makanan Pedas pada Anak, Antara Sensasi dan Risiko Kesehatan

Arintha Widya - Rabu, 2 Juli 2025
Efek konsumsi makanan pedas pada anak.
Efek konsumsi makanan pedas pada anak. Graphicscoco

Parapuan.co - Makanan pedas kini tidak hanya mengacu pada sambal saja. Makanan ringan yang mudah ditemukan di minimarket pun banyak yang tersedia dalam varian rasa pedas. Sayangnya, di balik sensasi pedas yang digemari, makanan seperti ini membawa dampak serius bagi kesehatan anak.

Beberapa tahun lalu, ada tantangan viral "One Chip Challenge" di mana seseorang diminta memakan satu keripik Paqui yang dibumbui Carolina Reaper—cabai yang pernah menyandang gelar terpedas di dunia.

Dilansir dari Fatherly, tantangan ini populer lewat media sosial, dan tercatat telah menyebabkan banyak anak sakit, bahkan ada yang sampai dirawat di rumah sakit, dan satu kasus berujung kematian pada seorang remaja.

Meski ekstrem, "One Chip Challenge" hanya menggambarkan sisi berbahaya dari tren pedas yang berlebihan. Yang lebih mengkhawatirkan justru konsumsi harian anak-anak terhadap camilan pedas yang ternyata juga tinggi garam dan kalori, namun miskin nutrisi.

Sebagai gambaran, satu porsi snack Takis (28 gram) mengandung sekitar 140 kalori dan 1.464 miligram natrium—lebih dari 60% dari kebutuhan harian yang direkomendasikan. Jika dikonsumsi berulang, hal ini bisa meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, obesitas, dan gangguan pencernaan pada anak-anak.

Makanan Pedas: Bisa Menyehatkan, Asal Tidak Sembarangan Dikonsumsi

Ironisnya, capsaicin—zat aktif dalam cabai yang menimbulkan sensasi pedas—sebenarnya memiliki manfaat kesehatan. Sejumlah studi menunjukkan bahwa konsumsi makanan pedas secara rutin bisa menurunkan risiko kematian dini, meningkatkan metabolisme, membantu menjaga berat badan, serta mengurangi peradangan dan rasa nyeri.

Dengan kata lain, makanan pedas sebenarnya baik, tetapi bukan pedas yang berasal dari makanan olahan dan tingginya bahan tambahan lain yang tidak sehat.

Cara Aman Mengenalkan Makanan Pedas pada Anak

Baca Juga: 3 Cara Efektif Mengurangi Rasa Pedas di Mulut Akibat Makan Sambal

Ahli gizi dan penulis buku "2-Day Diabetes Diet", Erin Palinski-Wade, menyarankan untuk mengenalkan rasa pedas secara bertahap kepada anak-anak, dimulai dari bumbu yang lebih ringan.

"Mulailah dengan rempah seperti kayu manis, pala, atau paprika agar anak terbiasa dengan rasa baru tanpa mengejutkan lidah mereka," ujar Palinski-Wade. "Jika mereka tertarik mencoba makanan pedas, biarkan saja, tetapi dorong mereka untuk mendengarkan tubuh mereka dan berhenti jika mulai merasa tidak nyaman."

Orang tua juga bisa membuat saus pedas sendiri di rumah dengan cabai segar agar kadar kepedasan dan bahan tambahan dapat dikontrol. Jika membeli saus di pasaran, pilihlah merek terpercaya yang tidak mengandung gula tambahan.

Di samping itu, penting juga untuk tidak langsung mencampurkan saus pedas ke seluruh hidangan keluarga. "Sajikan saus pedas secara terpisah. Ini memungkinkan tiap anggota keluarga menambahkan rasa pedas sesuai selera mereka," jelas Palinski-Wade.

Sebagai tambahan, camilan sehat seperti cokelat hitam dengan cabai bisa menjadi cara seru mengenalkan rasa pedas yang aman. Kombinasi makanan pedas dengan susu, yoghurt, atau keju juga dapat mengurangi rasa pedas berlebihan karena capsaicin larut dalam lemak.

Produk berlemak seperti kacang dan selai kacang juga bisa membantu menetralkan rasa pedas.

Mengenalkan rasa pedas pada anak tidaklah dilarang, tetapi perlu dilakukan dengan bijak. Hindari makanan ringan pedas yang tinggi garam dan gula, serta perhatikan reaksi tubuh anak.

Kenalkan secara bertahap melalui makanan sehat dan alami, agar anak-anak tidak hanya mendapatkan sensasi rasa, tetapi juga manfaat kesehatannya.

Baca Juga: 4 Risiko Makan Makanan Pedas Tiap Hari dan Cara Aman Mengonsumsinya

(*)

 

Sumber: Fatherly
Penulis:
Editor: Arintha Widya