Berbohong Bisa Jadi Tanda Anak Balita Makin Cerdas, Ini Kata Psikolog

Arintha Widya - Selasa, 1 Juli 2025
Tanda positif saat anak balita berbohong.
Tanda positif saat anak balita berbohong. FatCamera

Parapuan.co - Kawan Puan yang punya anak balita mungkin sedang mengalami masa-masa di mana si kecil tiba-tiba berbohong, entah sering atau baru beberapa kali. Misalnya, anak bilang kepada ayahnya telah dapat izin dari ibu untuk makan es krim, padahal belum bertanya pada sang ibu.

Meski kesannya lucu karena anak mungkin meminta es krim sambil merayu ayah, tak jarang hal ini membuat orang tua khawatir. Apakah normal? Apakah harus dikhawatirkan? Bagaimana jika kebohongan-kebohongan ini terjadi di masa depan dan membentuk karakter anak?

Ternyata, kebiasaan anak kecil berbohong bukanlah sesuatu yang aneh. Justru, menurut penelitian, hal ini bisa menjadi indikator perkembangan kognitif dan psikologis yang sehat. Yuk, simak penjelasannya dari sisi psikologis seperti melansir Your Tango!

Berbohong Tanda Anak Semakin Cerdas?

Menurut Dr. Kang Lee, profesor psikologi terapan dan perkembangan manusia dari University of Toronto, anak-anak mulai berbohong sejak usia dua tahun. "Sekitar 30% anak sudah mulai berbohong pada usia dua tahun. Di usia tiga tahun, jumlahnya meningkat jadi 50%. Dan pada usia empat tahun, sebanyak 80% anak sudah berbohong," jelas Dr. Lee.

Dalam pandangan Dr. Lee, agar seorang anak bisa berbohong, ia harus memiliki dua kemampuan utama:

  • Kemampuan membaca pikiran (mind-reading ability), yaitu menyadari bahwa pikiran mereka berbeda dengan pikiran orang lain. Dengan kata lain, mereka sudah memahami konsep, "Aku tahu sesuatu yang orang lain tidak tahu."
  • Kemampuan mengendalikan diri, termasuk mengatur ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan nada bicara agar kebohongannya meyakinkan.

Anak-anak yang mampu berbohong dengan “baik” sejak dini biasanya memiliki tingkat kecerdasan, kreativitas, dan kemampuan individuasi yang tinggi. Dengan kata lain, berbohong bisa menjadi tanda bahwa anak sedang berkembang secara kognitif dan sosial.

Antara Imajinasi dan Manipulasi

Sering kali, anak-anak berbohong bukan karena niat jahat, tetapi karena belum memahami perbedaan antara kenyataan dan fiksi. "Anak-anak usia dini belum bisa membedakan dengan jelas antara kebenaran dan khayalan," ujar Dr. Michael Brody, seorang psikiater anak.

Baca Juga: Cara Efektif Membuat Anak Balita 'Patuh' Tanpa Paksaan, Penasaran?

Itulah sebabnya mereka bisa dengan mudah berpura-pura menjadi naga, mengenakan mahkota setiap hari karena merasa dirinya seorang putri, atau menyalahkan “Fernando”—teman imajiner yang sebenarnya sudah pindah sekolah dua bulan lalu—untuk setiap kejadian buruk di kelas.

Pada tahap ini, dunia imajinasi dan dunia nyata masih sangat cair. Anak-anak mengeksplorasi dunia dengan caranya sendiri, dan kebohongan bisa menjadi bagian dari proses belajar tentang konsekuensi, tanggung jawab, dan empati.

Mengapa Anak Berbohong?

Kebanyakan kebohongan anak usia dini berakar pada dua hal, yaitu untuk menghindari hukuman atau untuk mendapatkan sesuatu yang menyenangkan. Misalnya, mereka akan mengatakan tidak menjatuhkan gelas agar tidak dimarahi, atau berbohong agar diberi hadiah atau perhatian.

Hal ini berkaitan dengan prinsip kesenangan (pleasure principle) yang mendorong anak-anak untuk mencari hal menyenangkan dan menghindari yang tidak menyenangkan. Namun, penting untuk diingat bahwa anak belum memiliki kompas moral bawaan—mereka belajar dari lingkungan dan orang dewasa di sekitarnya.

Jadi, Perlukah Khawatir?

Tentu saja kita tidak ingin anak-anak tumbuh menjadi pembohong. Tapi ketika mereka masih balita, penting untuk melihat konteks dan tidak langsung bereaksi keras. Kebohongan pada anak kecil bukan hanya wajar, tetapi juga tanda perkembangan otak yang sedang bekerja keras memahami dunia sosial di sekitarnya.

Kita sebagai orang tua tentu tidak ingin anak berbohong, tetapi tidak ada salahnya berlega hati saat anak balita mulai melakukannya karena itu merupakan tanda kecerdasan, kreativitas, dan proses mereka menjadi individu yang unik.

Baca Juga: 5 Trik Orang Tua Atasi Rengekan Anak Balita Tanpa Kehilangan Kesabaran

(*)

Sumber: Your Tango
Penulis:
Editor: Arintha Widya