Parapuan.co - Kawan Puan yang punya anak balita mungkin sedang mengalami masa-masa di mana si kecil tiba-tiba berbohong, entah sering atau baru beberapa kali. Misalnya, anak bilang kepada ayahnya telah dapat izin dari ibu untuk makan es krim, padahal belum bertanya pada sang ibu.
Meski kesannya lucu karena anak mungkin meminta es krim sambil merayu ayah, tak jarang hal ini membuat orang tua khawatir. Apakah normal? Apakah harus dikhawatirkan? Bagaimana jika kebohongan-kebohongan ini terjadi di masa depan dan membentuk karakter anak?
Ternyata, kebiasaan anak kecil berbohong bukanlah sesuatu yang aneh. Justru, menurut penelitian, hal ini bisa menjadi indikator perkembangan kognitif dan psikologis yang sehat. Yuk, simak penjelasannya dari sisi psikologis seperti melansir Your Tango!
Berbohong Tanda Anak Semakin Cerdas?
Menurut Dr. Kang Lee, profesor psikologi terapan dan perkembangan manusia dari University of Toronto, anak-anak mulai berbohong sejak usia dua tahun. "Sekitar 30% anak sudah mulai berbohong pada usia dua tahun. Di usia tiga tahun, jumlahnya meningkat jadi 50%. Dan pada usia empat tahun, sebanyak 80% anak sudah berbohong," jelas Dr. Lee.
Dalam pandangan Dr. Lee, agar seorang anak bisa berbohong, ia harus memiliki dua kemampuan utama:
- Kemampuan membaca pikiran (mind-reading ability), yaitu menyadari bahwa pikiran mereka berbeda dengan pikiran orang lain. Dengan kata lain, mereka sudah memahami konsep, "Aku tahu sesuatu yang orang lain tidak tahu."
- Kemampuan mengendalikan diri, termasuk mengatur ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan nada bicara agar kebohongannya meyakinkan.
Anak-anak yang mampu berbohong dengan “baik” sejak dini biasanya memiliki tingkat kecerdasan, kreativitas, dan kemampuan individuasi yang tinggi. Dengan kata lain, berbohong bisa menjadi tanda bahwa anak sedang berkembang secara kognitif dan sosial.
Antara Imajinasi dan Manipulasi
Sering kali, anak-anak berbohong bukan karena niat jahat, tetapi karena belum memahami perbedaan antara kenyataan dan fiksi. "Anak-anak usia dini belum bisa membedakan dengan jelas antara kebenaran dan khayalan," ujar Dr. Michael Brody, seorang psikiater anak.
Baca Juga: Cara Efektif Membuat Anak Balita 'Patuh' Tanpa Paksaan, Penasaran?