Parapuan.co - Intrauterine Device (IUD) atau alat kontrasepsi dalam rahim dikenal sebagai salah satu metode pencegahan kehamilan yang sangat efektif. Dengan tingkat keberhasilan lebih dari 99%, baik IUD hormonal maupun tembaga telah menjadi pilihan banyak perempuan yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang dan reversibel.
Namun, seefektif apapun sebuah metode kontrasepsi, risiko kehamilan tetap ada—meskipun sangat kecil. Dan jika seseorang hamil saat masih menggunakan IUD, kondisi ini bisa berisiko serius bagi kesehatan.
Untuk itu, penting bagi Kawan Puan mengetahui kemungkinan kehamilan saat memakai IUD dan faktor risikonya seperti merangkum Very Well Health di bawah ini!
Mengapa Bisa Hamil dengan IUD?
Beberapa kondisi berikut dapat menyebabkan kegagalan IUD dalam mencegah kehamilan:
1. Berhubungan intim sebelum IUD efektif
- IUD tembaga seperti Paragard bekerja segera setelah dipasang, karena kandungan tembaganya menciptakan lingkungan rahim yang beracun bagi sperma dan sel telur.
- Sebaliknya, IUD hormonal seperti Mirena atau Kyleena membutuhkan waktu sekitar tujuh hari untuk mulai bekerja, kecuali jika dipasang saat menstruasi. Selama masa itu, disarankan menggunakan metode kontrasepsi tambahan.
2. IUD bergeser dari posisinya
- Pada sebagian kecil kasus, IUD dapat bergeser sebagian atau seluruhnya dari rahim (disebut ekspulsi). Jika posisi IUD berubah, efektivitasnya menurun.
3. IUD digunakan melewati masa kedaluwarsanya
- Setiap jenis IUD memiliki masa pakai yang berbeda. Misalnya, Paragard efektif hingga 10 tahun, sedangkan Skyla hanya 3 tahun. Melebihi masa itu, risiko kehamilan meningkat.
Tanda-Tanda IUD Tidak di Tempat yang Seharusnya
- Tidak bisa merasakan benang IUD.
- Panjang benang terasa berbeda dari biasanya.
- Merasakan bagian IUD secara langsung.
- Nyeri panggul atau kram hebat.
- Perubahan perdarahan menstruasi atau keputihan abnormal.
Baca Juga: Mengenal Apa Itu Pil Kontrasepsi Darurat dan Bagaimana Cara Membelinya
Jangan pernah mencoba mencabut IUD sendiri di rumah. Jika Kawan Puan mengalami gejala di atas, segera periksakan diri ke tenaga kesehatan.
Gejala Kehamilan dengan IUD
Gejala kehamilan dini dengan IUD mirip seperti kehamilan pada umumnya, antara lain:
- Telat menstruasi
- Mual dan muntah
- Payudara nyeri atau membesar
- Lelah
- Kram ringan atau flek
Karena efek samping IUD pun dapat menyerupai gejala ini, penting untuk segera melakukan tes kehamilan atau konsultasi ke dokter jika ada kecurigaan.
Risiko Kehamilan dengan IUD
Kehamilan dengan IUD tergolong kehamilan berisiko tinggi. Salah satu risiko paling serius adalah kehamilan ektopik, yaitu saat embrio menempel di luar rahim, biasanya di tuba falopi. Ini bisa menyebabkan perdarahan internal dan membahayakan nyawa.
Gejala awal kehamilan ektopik meliputi:
- Nyeri atau kram di satu sisi panggul.
- Perdarahan vagina abnormal.
- Nyeri bahu, pusing, atau pingsan (tanda tuba falopi pecah).
Kehamilan dengan IUD juga meningkatkan risiko:
- Keguguran
- Infeksi rahim
- Ketuban pecah dini
- Berat badan bayi rendah
- Persalinan prematur
Apa yang Harus Dilakukan Jika Hamil dengan IUD?
Baca Juga: Perempuan Pengguna IUD Merasa Sakit saat Berhubungan Intim, Normalkah?
Jika tes kehamilan positif, langkah pertama adalah segera menghubungi tenaga medis. Dokter akan melakukan pemeriksaan untuk memastikan lokasi kehamilan dan kondisi IUD.
- Jika kehamilan tidak bisa dipertahankan (misalnya kehamilan ektopik), maka kehamilan harus segera diakhiri karena berbahaya.
- Jika ingin melanjutkan kehamilan, dokter biasanya akan mencabut IUD untuk mengurangi risiko komplikasi. Namun, kehamilan tetap dikategorikan sebagai kehamilan risiko tinggi dan perlu pemantauan intensif.
Meski risiko kehamilan dengan IUD sangat rendah, penting untuk tetap waspada dan memahami kemungkinan yang ada. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan jika ada perubahan pada tubuh atau siklus menstruasi Kawan Puan.
(*)