Normalkah Keluar Flek di Masa Ovulasi? Begini Penjelasan Medisnya

Arintha Widya - Senin, 16 Juni 2025
Keluar flek di masa ovulasi apakah normal?
Keluar flek di masa ovulasi apakah normal? 9dreamstudio

Parapuan.co - Kawan Puan, flek biasanya muncul di sekitar siklus menstruasi, seperti menjelang haid atau sesudahnya. Namun, keluar flek atau bercak darah ringan di tengah siklus menstruasi atau setelah periode haid itu sendiri bisa membuat sebagian perempuan cemas.

Akan tetapi, dalam banyak kasus, fenomena keluarnya flek tidak hanya berkaitan dengan hari-hari menstruasi saja. Keluarnya flek bisa berkaitan dengan masa ovulasi dan masih tergolong normal.

Lalu, bagaimana membedakan flek ovulasi dari kondisi medis lain yang lebih serius? Untuk mengetahuinya, simak dulu informasi mengenai flek di masa ovulasi sebagaimana merangkum Medical News Today di bawah ini!

Penyebab Flek Saat Ovulasi

Ovulasi adalah proses pelepasan sel telur dari ovarium, biasanya terjadi sekitar 14 hari sebelum hari pertama haid berikutnya. Pada fase ini, kadar hormon estrogen yang semula meningkat akan tiba-tiba menurun, sementara hormon progesteron mulai naik. Perubahan hormon inilah yang diyakini memicu keluarnya sedikit darah atau flek.

Flek ini umumnya sangat ringan—lebih ringan dibandingkan menstruasi—dan tidak disertai gejala lain. Jika flek hanya muncul sekali dalam sebulan, berlangsung singkat (1–2 hari), dan tidak nyeri, maka besar kemungkinan itu adalah ovulation bleeding atau perdarahan akibat ovulasi.

Bagaimana Membedakannya dari Kondisi Lain?

Meskipun flek di masa ovulasi tergolong umum, penting untuk mengenali perbedaannya dengan kondisi medis lain. Beberapa kondisi yang juga bisa menyebabkan perdarahan di luar siklus menstruasi, antara lain:

1. Pendarahan implantasi: Terjadi saat sel telur yang telah dibuahi menempel di dinding rahim, sekitar 5–6 hari setelah ovulasi.

Baca Juga: Ini Kunci Penting Memahami Kesehatan Perempuan dengan Melacak HRV dan Siklus Menstruasi

2. Siklus tanpa ovulasi (anovulasi): Kondisi di mana tubuh tidak melepaskan sel telur, umumnya dialami oleh penderita PCOS, stres berat, gangguan tiroid, atau akibat olahraga ekstrem.

3. Masalah struktural: Seperti polip rahim, endometriosis, atau fibroid bisa menyebabkan perdarahan antarsiklus.

4. Pengaruh hormon atau obat: Termasuk pil KB atau obat kesuburan.

5. Infeksi atau penyakit menular seksual (PMS): Gonore dan klamidia bisa menyebabkan peradangan pada serviks dan perdarahan ringan.

6. Kelainan tiroid atau kelenjar pituitari.

7. Tumor ovarium atau kanker serviks dan rahim: Meskipun jarang, perlu diwaspadai jika disertai gejala serius lain.

Kapan Harus Waspada dan Konsultasi ke Dokter?

Meskipun flek ovulasi normal pada sebagian besar perempuan, sebaiknya periksakan diri jika mengalami gejala seperti:

  • Perdarahan di luar siklus yang semakin sering atau lebih berat.
  • Flek disertai nyeri panggul hebat atau kram yang tidak biasa.
  • Periode haid yang sangat tidak teratur (kurang dari 24 hari atau lebih dari 38 hari).
  • Flek setelah menopause.
  • Gejala lain seperti pusing, sesak napas, demam, atau nyeri saat berhubungan.

Bagi perempuan yang sedang merencanakan kehamilan atau menggunakan kontrasepsi hormonal, mencatat waktu munculnya flek bisa membantu dokter menentukan penyebab pastinya.

Baca Juga: Selain karena Usia, Apa Penyebab Darah Menstruasi Semakin Sedikit?

Flek di masa ovulasi merupakan hal yang cukup umum dan biasanya tidak berbahaya. Ini bisa menjadi salah satu tanda bahwa tubuh sedang berovulasi, terutama jika terjadi teratur setiap bulan, berlangsung singkat, dan tanpa disertai gejala lain.

Namun, bila disertai keluhan lain atau terjadi di luar pola yang biasa, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan tenaga medis.

Memahami tubuh sendiri dan mencatat pola menstruasi secara rutin dapat membantu membedakan antara kondisi normal dan tanda-tanda masalah kesehatan yang lebih serius.

(*)