Normalkah Keluar Flek di Masa Ovulasi? Begini Penjelasan Medisnya

Arintha Widya - Senin, 16 Juni 2025
Keluar flek di masa ovulasi apakah normal?
Keluar flek di masa ovulasi apakah normal? 9dreamstudio

2. Siklus tanpa ovulasi (anovulasi): Kondisi di mana tubuh tidak melepaskan sel telur, umumnya dialami oleh penderita PCOS, stres berat, gangguan tiroid, atau akibat olahraga ekstrem.

3. Masalah struktural: Seperti polip rahim, endometriosis, atau fibroid bisa menyebabkan perdarahan antarsiklus.

4. Pengaruh hormon atau obat: Termasuk pil KB atau obat kesuburan.

5. Infeksi atau penyakit menular seksual (PMS): Gonore dan klamidia bisa menyebabkan peradangan pada serviks dan perdarahan ringan.

6. Kelainan tiroid atau kelenjar pituitari.

7. Tumor ovarium atau kanker serviks dan rahim: Meskipun jarang, perlu diwaspadai jika disertai gejala serius lain.

Kapan Harus Waspada dan Konsultasi ke Dokter?

Meskipun flek ovulasi normal pada sebagian besar perempuan, sebaiknya periksakan diri jika mengalami gejala seperti:

  • Perdarahan di luar siklus yang semakin sering atau lebih berat.
  • Flek disertai nyeri panggul hebat atau kram yang tidak biasa.
  • Periode haid yang sangat tidak teratur (kurang dari 24 hari atau lebih dari 38 hari).
  • Flek setelah menopause.
  • Gejala lain seperti pusing, sesak napas, demam, atau nyeri saat berhubungan.

Bagi perempuan yang sedang merencanakan kehamilan atau menggunakan kontrasepsi hormonal, mencatat waktu munculnya flek bisa membantu dokter menentukan penyebab pastinya.

Baca Juga: Selain karena Usia, Apa Penyebab Darah Menstruasi Semakin Sedikit?

Flek di masa ovulasi merupakan hal yang cukup umum dan biasanya tidak berbahaya. Ini bisa menjadi salah satu tanda bahwa tubuh sedang berovulasi, terutama jika terjadi teratur setiap bulan, berlangsung singkat, dan tanpa disertai gejala lain.

Namun, bila disertai keluhan lain atau terjadi di luar pola yang biasa, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan tenaga medis.

Memahami tubuh sendiri dan mencatat pola menstruasi secara rutin dapat membantu membedakan antara kondisi normal dan tanda-tanda masalah kesehatan yang lebih serius.

(*)