Apa Itu Hipogami? Fenomena Relasi Baru yang Dipilih Perempuan Mapan

Tim Parapuan - Senin, 2 Juni 2025
Ilustrasi perempuan menikah
Ilustrasi perempuan menikah Freepik

Hal ini membutuhkan komunikasi yang sangat terbuka dan kesepahaman tentang peran masing-masing agar tidak terjadi ketimpangan relasional yang merugikan salah satu pihak.

Namun, tidak semua hubungan hipogami mengalami kesulitan. Sebuah studi dalam Journal of Personality and Social Psychology yang dilansir dari Kompas.com,menemukan bahwa pasangan hipogami yang memiliki komunikasi efektif, rasa percaya diri yang kuat, dan pembagian peran yang setara justru bisa lebih stabil.

Baca Juga: Menurut Ahli, Ini Topik Krusial Keuangan yang Harus Dibahas Pasangan sebelum Menikah

Dalam banyak kasus, laki-laki yang nyaman dengan kesuksesan pasangannya cenderung bersikap suportif dan membentuk relasi yang lebih setara dan sehat. Ketika keduanya mampu mengelola ekspektasi sosial dan internal dengan bijak, relasi hipogami bisa menjadi ruang berkembang yang saling memperkuat.

Fenomena ini mendorong refleksi tentang struktur relasi yang adil dan setara, serta potensi beban ganda yang mungkin dihadapi perempuan. Hipogami membuka ruang bagi perempuan untuk mendefinisikan ulang arti kesuksesan dan kebahagiaan dalam relasi. 

Dalam dunia yang terus berubah, cinta perlu diukur bukan dengan skala sosial, melainkan dengan kualitas koneksi, empati, dan keberanian untuk saling bertumbuh. Yang paling penting bukanlah siapa yang lebih tinggi, tetapi siapa yang mampu berjalan berdampingan dalam hubungan yang setara dan saling mendukung.

(*)

Celine Night