7 Tipe Netizen dan Etika yang Perlu Diperhatikan dalam Menggunakan Media Sosial

Arintha Widya - Sabtu, 24 Mei 2025
Tipe pengguna media sosial dan etika yang harus diperhatikan menurut ahli.
Tipe pengguna media sosial dan etika yang harus diperhatikan menurut ahli. PeopleImages

Parapuan.co - Media sosial jadi tempat kita berbagi cerita, berekspresi, bahkan mencari informasi. Tapi kamu sadar enggak, setiap orang punya cara berbeda-beda dalam menggunakan media sosial?

Ada yang aktif banget, ada juga yang cuma jadi pengamat. Nah, dari sekian banyak pengguna, setidaknya ada tujuh tipe netizen yang sering kita temui. Tapi di balik itu semua, penting juga buat kamu tahu etika bermedia sosial supaya nggak asal komen atau asal sebar informasi.

Yuk, kenali tipe-tipe netizen berikut ini dan pelajari etika yang seharusnya kamu pegang saat online sebagaimana merangkum Instagram Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) dan American Psychological Association (apa.org)!

1. Si Silent Reader

Tipe ini selalu online, tapi jarang kelihatan jejaknya. Nggak pernah komentar atau kasih like, tapi tahu semua gosip artis sampai drama netizen. Boleh aja jadi pengamat, tapi ingat, kalau kamu melihat konten yang mengandung hoaks atau pelecehan, diam saja juga bisa berarti membiarkan.

2. Si Tukang Komen Nyeleneh

Komen absurd yang kadang bikin ngakak, kadang juga bikin geleng-geleng. Tujuannya biasanya cuma dua: cari perhatian atau mancing debat. Nah, kalau kamu termasuk yang suka komentar nyeleneh, pastikan komentar kamu nggak menyakiti atau mempermalukan orang lain.

Seperti kata psikolog Ryan Earl, PhD, "Kamu harus siap untuk memahami batasanmu dan memegang teguh kode etik. Itu tanggung jawabmu—bukan tanggung jawab penontonmu."

3. Si Penyebar Hoaks

Baca Juga: Bebaskan Diri dari Kecanduan Media Sosial: Ini Manfaat Digital Detox

Biasanya tipe ini rajin share berita tanpa cek dulu, apalagi ke grup keluarga. Padahal, bisa saja berita itu menyesatkan atau bikin panik.

Dennis P. Stolle, PhD, dari APA, mengingatkan, "Sebelum kamu menekan tombol like atau membagikan artikel, pastikan kamu sudah membaca dan memahami isinya, serta siap untuk mempertanggungjawabkannya." Jadi, jangan asal share demi kelihatan update, ya!

4. Si Debat Kusir

Tipe ini bisa hampir enggak pernah absen dari kolom komentar postingan viral. Pokoknya harus menang dan paling benar. Tapi seringnya debat nggak selesai, malah tambah panjang.

Kalau kamu merasa perlu menyampaikan pendapat, pastikan caranya tetap sopan. Psikolog klinis Justin Puder, PhD, menyarankan untuk menjaga interaksi tetap singkat dan umum, agar enggak terjebak dalam adu argumen yang merugikan.

5. Si Update Teroooss

Mulai dari bangun tidur, ngopi, kerja, sampai rebahan—semua di-update ke story. Tipe ini bikin kamu tahu hidupnya nyaris tanpa misteri. Enggak ada yang salah dengan membagikan kehidupanmu.

Akan tetapi, tetap penting untuk membatasi informasi pribadi yang kamu unggah. Seperti saran dari Kelli Dunlap, PsyD, penting untuk "menetapkan ekspektasi dari awal dan mengulanginya secara berkala" terkait informasi apa yang layak untuk dibagikan ke publik.

6. Si Pencari Validasi

Baca Juga: Fenomena Remaja Mudah Terpengaruh Konten Media Sosial, Kenapa?

Selalu cari likes dan komentar. Kadang rela upload konten kontroversial demi engagement tinggi. Ingat, jangan mengorbankan kebenaran demi popularitas. Ryan Earl mengatakan, "Kamu akan diuji untuk melanggar batas, dan kamu harus siap mempertahankan garis itu." Jadi, utamakan akurasi daripada sensasi.

7. Si Trauma Dumping

Tipe seperti ini biasanya langsung curhat masalah pribadi di kolom komentar atau DM orang lain. Niatnya mungkin ingin didengar, tapi tempat dan caranya belum tentu tepat.

Psikolog Kelli Dunlap menjelaskan, "Kadang orang sedang stres dan nggak tahu harus ke mana, jadi mereka menumpahkan semuanya di media sosial." Kalau kamu merasa overwhelmed, coba hubungi tenaga profesional atau layanan bantuan yang sesuai, ya.

Yuk, Lebih Bijak Bermedia Sosial!

Media sosial itu ruang publik, dan kita semua punya tanggung jawab menjaga kenyamanan satu sama lain. Kalau kamu nggak yakin apakah sebuah postingan pantas atau enggak, kamu bisa cari referensi seperti pedoman dari asosiasi profesional atau konsultasi ke orang yang kamu percaya.

Ali Mattu, PhD, seorang psikolog klinis memaparkan, "Kalau aku bilang, ‘Aku Dr. Ali Mattu, psikolog klinis,’ maka itu harus punya makna. Itu berarti aku harus memegang standar tinggi dan bisa dipercaya."

Kamu pun begitu. Apapun profesimu, konten yang kamu bagikan mencerminkan siapa kamu.

Jadi, dari ketujuh tipe netizen di atas, kamu termasuk yang mana? Dan yang lebih penting, sudahkah kamu bermedia sosial dengan etika?

Baca Juga: TikTok Buktikan Serunya Membaca di Era Digital Lewat Konten Media Sosial

(*)

Sumber: Berbagai sumber
Penulis:
Editor: Arintha Widya