Parapuan.co - Dalam kehidupan sehari-hari, kamu mungkin sering mendengar komentar, opini, atau narasi yang secara tidak sadar menyudutkan perempuan ketika terjadi kasus pemerkosaan.
Kalimat-kalimat seperti "pasti karena pakaiannya terbuka," "kenapa keluar malam-malam," atau "dia pasti menikmati itu" sering kali terlontar, bahkan dari orang-orang yang tidak sepenuhnya memahami realitas pahit dari kekerasan seksual khususnya pemerkosaan.
Meskipun dunia semakin maju dan pendidikan semakin meluas, mitos-mitos seputar pemerkosaan justru tetap bertahan dan tumbuh subur dalam budaya patriarki yang sudah mengakar lama.
Ironisnya, bukan hanya pelaku yang kerap tidak mendapat hukuman yang setimpal, tetapi korban justru harus menanggung beban rasa malu, stigma, dan tudingan yang tidak berdasar.
Mitos-mitos ini bukan sekadar salah kaprah yang tak berbahaya. Mereka berfungsi sebagai alat pembungkam, yang membuat banyak perempuan enggan melaporkan pemerkosaan karena takut disalahkan, dipermalukan, atau tidak dipercaya.
Ketika masyarakat lebih memilih mempertanyakan perilaku korban daripada tindakan pelaku, maka yang terjadi adalah pengabaian terhadap keadilan dan kemanusiaan.
Oleh karena itu, sangat penting bagimu untuk memahami dan membongkar berbagai mitos tentang pemerkosaan yang selama ini hanya memperparah penderitaan perempuan sebagai korban.
Menurut laman Cleveland Rape Crisis Center, ada beberapa mitos pemerkosaan yang sangat menyudutkan perempuan sebagai korban. Mitos tersebut yakni:
1. Perempuan yang Diperkosa Biasanya Memakai Pakaian Terbuka
Baca Juga: Fadli Zon Anggap Pemerkosaan Mei 1998 'Rumor', Bagaimana Data Tim Pencari Fakta?