Parapuan.co - Dalam era ketidakpastian ekonomi seperti saat ini, pemutusan hubungan kerja atau layoff telah menjadi kenyataan tak terhindarkan bagi banyak perempuan yang berkarier.
Meski sering dianggap sebagai bagian dari dinamika profesional yang normal, nyatanya proses kehilangan pekerjaan dapat menimbulkan luka emosional mendalam, terutama bagi perempuan yang telah mencurahkan waktu, tenaga, dan komitmen penuh pada karier mereka.
Layoff bukan sekadar kehilangan sumber pendapatan, melainkan juga kehilangan identitas, rutinitas, hingga harga diri yang selama ini melekat pada peran profesional. Kamu mungkin pernah merasa bahwa pekerjaan bukan hanya alat untuk bertahan hidup, tetapi juga menjadi representasi dari kemampuan, pencapaian, bahkan nilaimu di mata masyarakat.
Oleh karena itu, tak mengherankan apabila kehilangan pekerjaan bisa terasa seperti kehilangan bagian dari diri sendiri. Terlebih bagi perempuan yang menghadapi tekanan sosial ganda, baik sebagai profesional maupun individu dalam peran keluarga dan masyarakat, dampak psikologis dari layoff bisa sangat kompleks juga meluas.
Kenya Crawford, seorang psikoterapis mengatakan bahwa perubahan mendadak, termasuk layoff cukup berdampak pada stabilitas keuangan hingga kondisi mental.
"Perubahan mendadak pada stabilitas keuangan, seperti diberhentikan dari pekerjaan bisa menjadi pengalaman traumatis," ujarnya dikutip dari Verywell Mind.
Sementara menurut sebuah studi dari American Journal of Epidemiology, ada hubungan antara pengangguran dan kesehatan mental yang buruk. Hasil penelitian tersebut menunjukkan perempuan kerja yang terdampak layoff rentan mengalami kecemasan hingga depresi.
Oleh karena itu, penting bagi kamu mengelola dan memulihkan diri dari dampak emosional akibat layoff. Berikut PARAPUAN merangkum tips lengkapnya untukmu!
1. Mengakui Perasaan yang Muncul
Baca Juga: Layoff di Mana-Mana, Apakah Harus Menunggu PHK atau Resign Duluan?
Langkah pertama yang sangat penting untuk dilakukan setelah mengalami layoff adalah mengakui dan memvalidasi perasaan. Sayangnya, ketika menghadapi situasi ini, masih banyak perempuan yang merasa denial.
Padahal, menyangkal atau menekan emosi justru dapat memperburuk kesehatan mentalmu dalam jangka panjang. Kamu mungkin merasakan marah, sedih, malu, takut, bahkan bingung, dan itu semua adalah respons yang sangat wajar.
Alih-alih menutupi perasaan tersebut, cobalah untuk memberi ruang bagi diri sendiri untuk merasakannya secara utuh, Ingat, proses penyembuhan emosional hanya bisa terjadi setelah emosi tersebut dikenali dan diterima.
2. Menyusun Kembali Identitas Diri di Luar Pekerjaan
Sering kali, identitas perempuan karier sangat erat kaitannya dengan profesi yang mereka jalani. Ketika pekerjaan itu hilang, perasaan kehilangan identitas pun muncul. Sebagai langkah dan upaya untuk bangkit, cobalah untuk memisahkan nilai dirimu dari status pekerjaan semata.
Menyusun ulang persepsi tentang diri sendiri melalui aktivitas yang bermakna seperti menulis jurnal, mengikuti pelatihan baru, atau mengeksplorasi minat dan hobi bisa dilakukan. Melalui cara ini, kamu bisa kembali melihat dirimu sebagai pribadi yang utuh, tidak hanya sebagai pekerja tetapi juga individu dengan banyak potensi lainnya.
3. Mengembangkan Sistem Dukungan yang Sehat
Kehilangan pekerjaan bisa membuat seseorang merasa terisolasi dan kurang berharga, terutama jika lingkungan sekitar tidak memahami betapa besar dampaknya secara psikologis. Oleh karena itu, kamu sangat disarankan untuk membangun atau memperkuat sistem dukungan emosional.
Baca Juga: Fenomena Layoff Disebut Meningkat, Lakukan Hal Ini Jika Terdampak PHK
Bicara dengan orang yang kamu percayai, seperti teman, keluarga, bahkan terapis, bisa membantu meringankan beban emosional. Berbagi cerita tentang pengalaman dan perasaan bukanlah tanda kelemahan, justru itu bentuk keberanian juga langkah awal menuju pemulihan.
4. Mengatur Ulang Rutinitas Harian
Kehilangan pekerjaan berarti hilang pula rutinitas yang sebelumnya membantu menjaga struktur dalam hidupmu. Dalam situasi ini, membentuk rutinitas baru sangat penting agar kamu tetap merasa memiliki kendali atas hidupmu.
Rutinitas dapat memberikan rasa stabil, mengurangi kecemasan, dan membantumu tetap produktif meskipun tanpa pekerjaan tetap.
Bangun pagi pada jam yang konsisten, sisihkan waktu untuk berolahraga, meditasi, mencari pekerjaan baru, atau mengikuti kursus daring bisa menjadi cara efektif membangun kembali kehidupan sehari-harimu dengan fondasi yang sehat.
5. Memberi Waktu untuk Pemulihan Emosional
Sering kali, tekanan untuk segera kembali bekerja bisa sangat besar, baik dari diri sendiri maupun dari lingkungan sekitar. Padahal, pemulihan emosional membutuhkan waktu.
Perlu diingat bahwa kamu tidak harus segera bangkit atau kembali produktif hanya demi memenuhi ekspektasi orang lain.
Di sisi lain, kamu bisa memberi diri waktu untuk meresapi, memproses, dan akhirnya berdamai dengan situasi. Ini bisa memberikan hasil pemulihan yang lebih sehat secara psikologis.
Saat kamu siap secara mental dan emosional, proses mencari pekerjaan baru akan terasa lebih ringan dan penuh makna.
Baca Juga: 5 Alasan Mengapa Layoff Terjadi di Perusahaan, Perempuan Bekerja Perlu Tahu
(*)