Peran Rahayu Oktaviani dalam Pelestarian Owa Jawa dan Cara Menjadi Primatolog

Arintha Widya - Rabu, 14 Mei 2025
Peran primatolog Rahayu Oktaviani dalam pelestarian Owa Jawa.
Peran primatolog Rahayu Oktaviani dalam pelestarian Owa Jawa. Instagram @roktaviani

Menjadi Primatolog Tak Harus Langsung Ahli

Tak semua orang yang ingin menjadi primatolog harus langsung ahli soal satwa. Menurut Ayu, yang terpenting adalah memiliki rasa penasaran yang tinggi dan keinginan untuk terus belajar. Dorongan awal Ayu terjun ke dunia primatologi muncul dari menonton dokumenter tentang satwa liar. Dari situ, ia mulai mencari tahu sosok-sosok perempuan yang aktif dalam dunia konservasi, seperti Dian Fossey, Jane Goodall, dan Biruté Galdikas.

Selain para zoologist tersebut, sosok lain yang menginspirasi Ayu adalah Dra. Sri Suci Utami Atmoko, Ph.D.,seorang ilmuwan yang ahli dalam konservasi primata dan dosen di Fakultas Biologi dan Pertanian, Universitas Nasional (UNAS). "Beliau ahli orangutan. Cukup banyak sebenarnya peneliti-peneliti perempuan yang menggaungkan suara konservasi," kata Ayu.

Keterampilan yang Dibutuhkan untuk Menjadi Primatolog

Menurut Ayu, selain dalam hal pengetahuan dasar dan keilmuan, ada hal penting yang dibutuhkan untuk menjadi seorang primatolog. Berikut uraiannya:

1. Rasa ingin tahu dan ketekunan belajar: Ini adalah modal utama. Rasa penasaran yang tinggi mendorong seseorang untuk terus mencari, membaca, dan mendalami bidang yang ia minati.

2. Keberanian untuk bertanya: "Jangan takut untuk bertanya. Karena kita biasanya sering ada stereotipe kalau misalkan kita bertanya itu artinya kita nggak tahu, atau kita nggak mendengarkan. Padahal dari rasa pertanyaan itu kita jadi lebih tahu lebih banyak. Jadi jangan pernah takut untuk bertanya," terang Ayu.

3. Mencari mentor: Belajar langsung dari orang-orang yang lebih dulu terjun di bidang ini akan mempercepat pemahaman dan membentuk jejaring profesional. Ayu sendiri mengaku banyak terinspirasi dari perempuan-perempuan konservasionis, baik di dalam maupun luar negeri.

4. Ketekunan di lapangan: Dunia primatologi bukan pekerjaan kantor yang nyaman. Banyak waktu dihabiskan di hutan, dalam kondisi yang tidak selalu mudah. Ketekunan dan kesiapan fisik maupun mental menjadi syarat penting.

Pesan untuk Perempuan Muda Indonesia

Lewat pengalamannya, Ayu ingin menyampaikan kepada para perempuan muda bahwa mereka bisa menjadi apa pun yang mereka impikan, termasuk menjadi primatolog. Dunia konservasi bukan hanya milik laki-laki. Perempuan juga mampu menjadi garda terdepan dalam menyuarakan dan menjaga kelestarian alam.

"Jangan takut untuk mengejar mimpi," pesan Ayu. Dunia membutuhkan lebih banyak perempuan yang berani menyuarakan pentingnya harmoni antara manusia dan alam.

Baca Juga: 17 Tahun Berdedikasi pada Pelestarian Owa Jawa, Ini Tantangan Rahayu Oktaviani

(*)

Penulis:
Editor: Arintha Widya