17 Tahun Berdedikasi pada Pelestarian Owa Jawa, Ini Tantangan Rahayu Oktaviani

Arintha Widya - Jumat, 9 Mei 2025
Tantangan Rahayu Oktaviani berdedikasi melestarikan Owa Jawa.
Tantangan Rahayu Oktaviani berdedikasi melestarikan Owa Jawa. Dok. Whitley Award/Nathan Rusli

Parapuan.co - Nama peneliti Owa Jawa Rahayu Oktaviani baru-baru ini mencuri perhatian publik. Pasalnya, ia baru saja menerima penghargaan dari Whitley Award 2025 atas kiprahnya selama kurang lebih 17 tahun meneliti dan melestarikan Owa Jawa.

Melestarikan owa Jawa (Hylobates moloch), primata endemik yang terancam punah di Indonesia, bukan perkara mudah. Rahayu Oktaviani mengungkapkan sejumlah tantangan besar yang dihadapi dalam upaya menjaga keberlangsungan spesies ini dalam sebuah wawancara bersama PARAPUAN.

Tantangan sebagai Peneliti

Salah satu tantangan utama datang menurut perempuan yang akrab disapa Ayu ini adalah dari sisi penelitian. Ayu menekankan pentingnya hasil riset yang tidak hanya bermanfaat bagi kalangan akademik atau pembuat kebijakan, tetapi juga harus dapat dipahami oleh masyarakat luas, terutama komunitas yang tinggal di sekitar habitat owa Jawa.

"Saya rasa salah satu tantangannya adalah bagaimana kita sebagai peneliti bisa menjadi lebih inklusif. Dalam arti setiap penelitian yang kita hasilkan tidak cuma bermanfaat khususnya bagi scientific community atau masyarakat sains atau pengambil kebijakan," papar Ayu kepada PARAPUAN.

"Tapi bagaimana caranya agar hasil penelitian tersebut dapat diterjemahkan secara lebih sederhana, sebagai contoh, bagi masyarakat yang hidup di sekitar area tempat Owa Jawa hidup pun bisa tahu apa pentingnya kita melakukan penelitian," imbuhnya.

Menurut Rahayu Oktaviani, pendekatan yang inklusif menjadi kunci agar hasil riset bisa menginspirasi tindakan nyata di lapangan. Memahamkan masyarakat lokal tentang pentingnya pelestarian owa Jawa dinilai penting, mengingat mereka berada di garis depan dalam menjaga habitat alami satwa ini.

Populasi Owa Jawa yang Langka

Selain tantangan komunikasi hasil riset, ancaman terhadap habitat owa Jawa juga masih menjadi pekerjaan rumah besar. Populasi owa Jawa terus tertekan akibat menyempitnya habitat hutan yang menjadi tempat tinggal mereka. Fragmentasi hutan dan konversi lahan menjadi salah satu penyebab utama berkurangnya ruang hidup primata ini.

Baca Juga: POSCO dan Habitat for Humanity Berdayakan Masyarakat dengan Bangun Hunian Layak Ramah Lingkungan

Tidak hanya itu, perdagangan ilegal juga menjadi momok serius. Owa Jawa masih diburu dan diperdagangkan untuk dijadikan hewan peliharaan. Praktik ini tidak hanya merusak populasi liar tetapi juga menyulitkan upaya rehabilitasi dan reintroduksi owa ke alam bebas.

"Lalu kemudian selain itu, ancaman-ancaman lain terkait habitat owa Jawa pun masih ada, baik dari sisi kurangnya habitat karena memang habitat mereka yang semakin menyempit atau perdagangan ilegal yang menjadikan mereka sebagai hewan peliharaan," terang Ayu.

Ayu menegaskan, berbagai tantangan tersebut tidak bisa diselesaikan oleh satu pihak saja. Kolaborasi lintas sektor—antara peneliti, pemerintah, masyarakat lokal, dan organisasi konservasi—mutlak diperlukan agar upaya perlindungan owa Jawa bisa berjalan efektif.

"Berbagai tantangan tersebut sebenarnya yang harus bisa dilakukan bersama-sama oleh berbagai pihak," ungkapnya.

(*)

Penulis:
Editor: Arintha Widya