Parapuan.co - Peringatan Hari Kebaya Nasional 2025 hadir dengan kemegahan dan makna mendalam. Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) bersama Himpunan Ratna Busana, Kementerian Kebudayaan RI, dan Kompas Gramedia Group menggelar peringatan Hari Kebaya Nasional 2025 bertajuk "Kebaya Bercerita".
Acara ini menjadi wujud nyata bagaimana sehelai kain dapat menyatukan generasi, memelihara identitas bangsa, sekaligus membangun hubungan lintas negara. Tahun ini, peringatan Hari Kebaya Nasional menjadi lebih istimewa berkat kolaborasi dengan berbagai pihak, mulai dari Dharma Wanita Persatuan Kementerian Kebudayaan, Sarinah, Mustika Ratu, Yayasan Puteri Indonesia, komunitas pecinta kebaya, hingga Perhimpunan Kebayaku.
Tak sekadar pesta busana, acara ini juga menjadi bentuk penghormatan kepada para Ibu Kepala Negara dan Ibu Negara Republik Indonesia dari masa ke masa. Mereka diakui sebagai ikon yang telah mengangkat kebaya ke panggung dunia, menjadikannya simbol pelestarian budaya.
Pameran yang digelar dalam acara ini menghadirkan kisah visual perjalanan kebaya dan diiring musik instrumental yang lembut. Momen ini mengajak pengunjung larut dalam jejak sejarah yang membentang puluhan tahun, serta mengingatkan kita bahwa kebaya bukan sekadar pakaian tetapi cermin perjalanan bangsa.
Ketua umum KOWANI, Nannie Hadi Tjahjanto, S.H., menegaskan bahwa kebaya adalah jati diri yang harus dijaga dan diwariskan, bukan hanya sebagai busana, tetapi sebagai simbol nilai luhur bangsa yang melewati batas generasi.
Sementara itu, Titiek Soeharto, Ketua Umum Himpunan Ratna Busana, menyebutkan bahwa kebaya bukan hanya bagian dari lemari pakaian, tetapi bagian dari identitas yang menyatukan perempuan Indonesia di seluruh daerah.
Selain itu, Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, mengumumkan bahwa kebaya telah resmi masuk daftar Warisan Budaya Takbenda Dunia UNESCO pada Desember 2024 di Paraguay. Pengakuan ini merupakan hasil kerja sama lima negara Asia Tenggara. Menurutnya, penetapan tersebut bukan hanya penghargaan internasional, tetapi juga panggilan bagi masyarakat untuk menjaga warisan ini dengan sepenuh hati.
Salah satu segmen paling menyentuh hati malam itu adalah monolog “Perempuan Berkebaya” yang dibawakan Jessica Purboyo, peraih Anugerah Kebudayaan Indonesia (AKI) Kemendikbudristek RI 2023 kategori remaja. Disertai tayangan dokumenter, monolog ini mengisahkan perjuangan perempuan Indonesia, terkhususnya kepada para Ibu Kepala Negara dan Ibu Negara Republik Indonesia dalam menjaga martabat bangsa melalui kebaya, baik di panggung diplomasi maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Puncak kemeriahan datang dengan penganugerahan Ikon Pelestari Kebaya kepada tujuh tokoh perempuan Indonesia yang berjasa mempopulerkan kebaya di tingkat nasional hinga internasional. Nama-nama besar seperti Megawati Soekarnoputri, Fatmawati Soekarno, Tien Soeharto, Hasri Ainun Habibie, Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Ani Yudhoyino, dan Iriana Joko Widodo diabdikan sebagai teladan pelestari busana tradisional.
Baca Juga: 4 Inspirasi Berkebaya ala Konten Kreator Patricia Arstuti, Anggun!
Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Silvi Gibran Rakabuming, istri dari Wakil Presiden Republik Indonesia dan Penasehat KOWANI, didampingi Nannie Hadi Tjahjanto, S.H., selaku Ketua Umum KOWANI dan Penasehat Dharma Wanita Persatuan Kementerian Kebudayaan. Penyerahan ini menjadi simbol estafet penghormatan dari generasi ke generasi, bahwa perjuangan menjaga kebaya akan terus berlanjut.
Tak berhenti di situ, suasana semakin meriah dengan Parade Kebaya & Sanggul Nusantara Lintas Generasi. Peragaan ini menampilkan 38 provinsi Indonesia melalui kebaya dan sanggul khas masing-masing daerah. Karya desainer muda dan pengrajin lokal tampil memukau, membuktikan bahwa kebaya mampu berkembang tanpa kehilangan akar tradisi.
KOWANI Muda bersama Yayasan Puteri Indonesia dan Wanita Bersanggul Indonesia menjadi pusat perhatian. Mereka tidak hanya menampilkan busana indah, tetapi juga membawa pesan bahwa generasi muda siap meneruskan pelestarian kebaya. Setiap penampilan membawa menunjukkan identitas Indonesia dan menegaskan semangat persatuan di tengah keberagaman.
Di balik kemeriahan, tersimpan misi penting untuk mempersiapkan generasi penerus yang memahami bahwa pelestarian budaya adalah bagian dari membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul bagi Indonesia Emas 2045. Kebaya menjadi sebuah simbol atas kesadaran kemajuan bangsa tidak berarti meninggalkan tradisinya.
Bagi para duta besar negara-negara sahabat yang hadir, "Kebaya Bercerita" juga menjadi wadah diplomasi budaya yang efektif. Melalui kebaya, Indonesia menunjukkan pada dunia bahwa nilai dan estetika dapat berjalan beriringan dengan modernitas.
Acara ini juga menjadi momentum untuk memperingati Hari Kebaya Nasional yang kedua. Namun lebih dari itu, perayaan ini dirangkaikan dengan HUT Kemerdekaan RI ke-80 serta persiapan menuju 100 tahun KOWANI pada 2028. Ketiganya membentuk narasi besar tentang Indonesia yang memandang masa depan dengan tetap berpegang pada akar budaya.
Dengan mengusung keindahan, sejarah, dan diplomasi dalam satu panggung, acara ini membuktikan bahwa kebaya tidak akan pernah menjadi sekadar busana masa lalu. Ia adalah jembatan antara generasi, perekat persatuan, dan wajah Indonesia di mata internasional.
Acara ini ditutup dengan mengajak seluruh hadirin untuk tidak hanya mengagumi kebaya saat acara formal, tetapi juga mengenakannya di kehidupan sehari-hari. "Suatu kebanggan di peringatan Hari Kebaya Nasional 2025, Kebaya Bercerita membawa narasi yang indah untuk terus kita sebarkan," ujar Glory Oyong, Corporate Communications Director Kompas Gramedia.
Melalui “Kebaya Bercerita”, peringatan Hari Kebaya Nasional bukan sekadar acara perayaan, tetapi juga pengingat bahwa setiap jahitan pada kebaya menyimpan kisah perjuangan, cinta tanah air, dan tekad untuk menjaga warisan budaya demi generasi mendatang.
Baca Juga: Isu Body Image, Gerakan Ini Bantu Anak Perempuan Percaya Diri dengan Tubuhnya
(*)
Putri Renata