Parapuan.co - Di era digital seperti sekarang, dunia maya menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari anak-anak. Mereka menggunakan internet untuk belajar, bermain, dan bersosialisasi. Namun, di balik manfaat tersebut, ada berbagai ancaman yang mengintai dan bisa membahayakan jika tak diawasi. Di sinilah peran orang tua menjadi sangat penting.
Pemerintah sebenarnya sudah berupaya melindungi anak melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 17 Tahun 2025. Regulasi ini mengatur tata kelola sistem elektronik agar lebih aman bagi anak-anak. Tujuannya adalah mencegah mereka terpapar konten berbahaya dan ancaman digital lainnya. Meski begitu, peran sistem dan regulasi saja tidak cukup.
Melansir Instagram Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), fakta menunjukkan bahwa perlindungan terbaik tetap datang dari lingkup terdekat, yaitu keluarga. Orang tua adalah garda terdepan dalam menjaga keamanan digital anak.
Pentingnya Orang Tua Jaga Anak di Dunia Maya
Tanpa keterlibatan aktif orang tua, aturan formal bisa saja tak berdampak maksimal. Ini karena banyak situasi digital terjadi secara personal dan cepat, sehingga sulit terpantau hanya dengan sistem.
Jika anak-anak dibiarkan berselancar di internet tanpa pendampingan, risiko yang mereka hadapi sangat besar. Salah satu ancaman utama adalah cyberbullying atau perundungan digital. Bentuknya bisa berupa ejekan, penghinaan, bahkan ancaman, dan ini bisa meninggalkan dampak psikologis yang mendalam. Anak bisa merasa tertekan, cemas, atau kehilangan kepercayaan diri.
Ancaman lainnya adalah penipuan online, yang kini semakin marak dan menyasar pengguna muda yang kurang waspada. Mereka bisa saja tergoda oleh hadiah palsu atau ajakan membeli barang yang ternyata tidak nyata. Tanpa pemahaman yang cukup, anak bisa membagikan data pribadi atau melakukan transaksi yang merugikan.
Anak-anak juga sangat rentan terpapar konten negatif, seperti kekerasan, pornografi, atau ujaran kebencian. Konten seperti ini bisa muncul secara tidak sengaja saat anak menjelajah internet atau menonton video di platform tertentu. Jika tidak diawasi, anak bisa menganggap konten tersebut normal dan menirunya dalam kehidupan nyata.
Yang paling berbahaya, anak bisa menjadi target predator online. Mereka adalah pelaku yang berpura-pura menjadi teman sebaya dan mendekati anak secara perlahan. Tanpa pendampingan orang tua, anak bisa terjebak dalam hubungan yang manipulatif dan membahayakan. Beberapa kasus bahkan berujung pada pertemuan langsung yang berisiko tinggi.
Baca Juga: Komitmen Pemerintah untuk Melindungi Anak dari Ancaman Dunia Digital
Mengapa Pengawasan Orang Tua Begitu Penting?
Karena anak-anak belum sepenuhnya memahami bahaya di dunia maya. Mereka masih belajar membedakan mana informasi yang aman dan mana yang berbahaya. Di saat inilah orang tua bisa hadir untuk membimbing dan menjelaskan secara perlahan.
Anak juga perlu tahu bagaimana menjaga privasi mereka sendiri. Mereka harus paham bahwa tidak semua informasi bisa dibagikan ke publik, termasuk nama lengkap, alamat rumah, dan nomor telepon. Orang tua dapat mengajarkan batasan ini melalui percakapan rutin dan memberi contoh dalam berinternet.
Lebih dari itu, anak perlu tahu kapan saatnya melapor. Mereka mungkin merasa takut atau bingung saat mengalami hal mencurigakan di internet. Jika orang tua terbiasa berdialog dan menciptakan ruang aman, anak akan lebih mudah terbuka dan meminta bantuan saat dibutuhkan.
Perlindungan dunia maya juga bisa dimulai dari kebiasaan sederhana di rumah. Misalnya, menetapkan waktu khusus untuk menggunakan internet, menempatkan perangkat di ruang bersama, dan memilih aplikasi yang sesuai usia. Keterlibatan orang tua dalam aktivitas digital anak dapat menciptakan lingkungan daring yang lebih sehat.
Namun yang tak kalah penting, orang tua harus menjadi role model dalam penggunaan internet. Anak belajar dari perilaku orang dewasa di sekitarnya. Jika orang tua bijak berinternet, anak akan meniru pola yang sama.
Contoh sederhana adalah kebiasaan memverifikasi informasi sebelum membagikannya. Saat anak melihat orang tua tidak mudah percaya hoaks, mereka akan belajar berpikir kritis. Ini adalah bekal penting untuk menghadapi arus informasi di internet.
Selain itu, menghormati privasi orang lain juga penting diajarkan melalui contoh. Jangan asal memotret atau menyebarkan informasi orang lain tanpa izin. Ketika anak memahami pentingnya etika digital, mereka akan lebih bijak dalam berinteraksi.
Terakhir, orang tua juga bisa melibatkan diri dalam dunia digital anak secara positif. Cobalah berdiskusi tentang aplikasi atau game yang mereka sukai. Tunjukkan ketertarikan tanpa menghakimi, agar anak merasa dihargai dan tidak sembunyi-sembunyi.
Dengan keterlibatan aktif orang tua, regulasi seperti PP 17/2025 bisa menjadi lebih efektif. Kolaborasi antara kebijakan dan pengasuhan akan menciptakan ruang digital yang aman dan sehat bagi anak. Jangan hanya mengandalkan sistem, tapi hadirlah sebagai pendamping yang peduli dan tanggap.
Baca Juga: Mengenal Fitur Akun Remaja Instagram, Menjaga Remaja di Dunia Digital
(*)