Orang Tua Baru Bingung Menentukan Pola Asuh Anak yang Tepat, Lakukan Ini

Arintha Widya - Kamis, 8 Mei 2025
Langkah menentukan pola asuh yang tepat untuk anak.
Langkah menentukan pola asuh yang tepat untuk anak. maroke

Parapuan.co - Sebagai orang tua baru, Kawan Puan mungkin bertanya-tanya pola asuh seperti apa yang paling tepat untuk membesarkan anak dalam lingkungan yang sehat, aman, dan mendorong penyesuaian diri yang baik. Memahami dan memilih pola asuh yang sesuai menjadi langkah penting dalam menciptakan harmoni di rumah, terutama ketika menghadapi anak di masa balita atau prasekolah.

Pola asuh yang tepat bukan hanya menciptakan suasana rumah yang penuh kedisiplinan sehat, tetapi juga menjadi pondasi bagi pertumbuhan anak yang optimal. Pilihan ini akan memberikan manfaat jangka panjang yang besar saat anak-anak tumbuh dewasa.

Lantas, bagaimana menentukan pola asuh yang tepat di masa-masa "kritis" anak, terutama di usia balita? Yuk, ketahui cara cerdas yang bisa dilakukan orang tua sebagaimana melansir Your Tango di bawah ini!

1. Mempertimbangkan Pola Asuh yang Cocok untuk Keluarga

Ada beberapa pendekatan pola asuh yang bisa dipilih, tergantung dari tingkat struktur, keterlibatan keluarga, dan perilaku yang menjadi sasaran. Pola-pola ini berkisar dari yang longgar hingga ketat. Namun, sebagian orang tua tanpa disadari kerap bergeser di antara dua ekstrem ini, yang justru membingungkan anak.

Sebagian besar keluarga biasanya merupakan perpaduan dari berbagai pendekatan, bergeser sesuai kebutuhan anak dan situasi, dengan satu gaya yang dominan. Pada usia dini anak, penting untuk menetapkan cara yang tegas dalam menghadapi masalah. Ini akan membentuk nilai-nilai yang kokoh bagi anak untuk bekal hidup mereka. Ada tiga pola dasar yang umum:

  • Pola asuh permisif

Orang tua permisif cenderung memanjakan dan enggan membatasi perkembangan kepribadian anak. Mereka lebih khawatir ingin disukai anak ketimbang menetapkan batasan yang sehat. Akibatnya, anak sering tidak dimintai pertanggungjawaban atas perilaku mereka.

  • Pola asuh tegas (assertive)

Pola ini menyeimbangkan ketegasan dengan kasih sayang. Orang tua menetapkan batasan dan mengharapkan anak mematuhinya, namun tetap bersikap hangat dan pengertian. Pendekatan ini tidak terlalu keras ataupun terlalu longgar.

  • Pola asuh otoriter (agresif)

Orang tua otoriter bersikap sangat tegas, kaku, dan tidak fleksibel. Mereka mencoba mengontrol hampir seluruh aspek kehidupan anak dan tidak memberikan ruang bagi anak untuk membuat pilihan. Pola ini menuntut kepatuhan mutlak tanpa pertanyaan.

Baca Juga: Mengenal Istilah Baru Pola Asuh Fafo Parenting, Akankah Jadi Tren?

Sebuah studi pada 2005 menunjukkan bahwa "kontrol psikologis tinggi yang dilakukan ibu, meskipun dibarengi afeksi yang tinggi, justru memicu peningkatan perilaku bermasalah internal maupun eksternal pada anak."

2. Menyesuaikan Pola Asuh Seiring Perkembangan Anak

Seiring anak bertumbuh, pola asuh perlu disesuaikan untuk menghargai otonomi yang semakin besar. Pada usia balita dan prasekolah, struktur yang konsisten sangat penting. Kesederhanaan dan konsistensi dalam aturan membantu anak memahami harapan orang tua dan mengurangi perilaku bermasalah.

Saat kedua orang tua menerapkan struktur yang sama, memberikan konsekuensi yang tepat untuk perilaku negatif, dan penghargaan untuk perilaku positif, anak akan lebih mudah memahami batasan dan tanggung jawab mereka.

3. Menjadi Teladan dalam Menyelesaikan Masalah

Anak belajar sebagian besar perilaku melalui proses yang disebut modeling atau peneladanan. Pada masa perkembangan ini, orang tua disarankan untuk menunjukkan keterampilan memecahkan masalah secara efektif. Studi tahun 2023 menunjukkan adanya "kaitan antara pola asuh dan keterampilan sains awal pada anak", yang terbentuk dari kemampuan kognitif dan sosial.

Melihat orang tua menyelesaikan perbedaan secara sehat membantu anak memahami bahwa orang bisa saja memiliki pandangan berbeda dan pentingnya bersikap fleksibel.

4. Menunjukkan Rasa Hormat dan Bersatu Sebagai Tim

Orang tua yang jarang sepakat atau tinggal terpisah namun menggunakan pola asuh berbeda bisa membingungkan anak. Bahkan bisa memberi ruang bagi anak untuk memihak salah satu orang tua dan mempermainkan keduanya.

Baca Juga: Pasangan Bercerai Ingin Co-Parenting? Coba Pola Asuh Birdnesting

Meski orang tua pasti akan berbeda pendapat, sangat penting untuk tetap menunjukkan sikap saling menghormati di hadapan anak. Anak-anak mendapat manfaat besar dari pendekatan pengasuhan yang mencakup cinta, dukungan, struktur, akuntabilitas, dan kebaikan.

5. Memberikan Struktur Tanpa Menumbuhkan Ketakutan

Pola asuh yang terlalu longgar tanpa struktur membuat anak percaya bahwa tidak ada konsekuensi atas tindakan negatif. Sebaliknya, pola asuh yang terlalu kaku menumbuhkan rasa takut, harga diri rendah, dan ketakutan terhadap tantangan. Anak yang dibesarkan dalam pola ini cenderung meragukan diri sendiri, menghindari tantangan, dan selalu mencari validasi orang lain.

6. Menggabungkan Bagian Terbaik dari Semua Pola Asuh

Pola asuh yang paling sehat adalah perpaduan dari semua pendekatan, dengan dominasi gaya tegas (assertive). Pola ini memberikan struktur yang jelas, membuat anak merasa didengar dan dipahami tanpa ancaman, mengembangkan rasa percaya dalam hubungan, belajar berempati, menghadapi tantangan secara tepat, bertanggung jawab atas tindakan, mempertimbangkan sudut pandang orang lain, dan membuat keputusan mandiri.

(*)

Sumber: Your Tango
Penulis:
Editor: Arintha Widya