Parapuan.co - Di tengah kesibukan yang padat dan tuntutan peran yang berlapis, banyak orang — terutama perempuan — diam-diam terjebak dalam kebiasaan "revenge bedtime procrastination". Istilah ini merujuk pada kecenderungan untuk sengaja menunda tidur demi menikmati waktu luang, meskipun sadar hal itu akan berdampak buruk pada kesehatan.
Kawan Puan pernah menunda tidur dan memilih untuk skrol media sosial, menonton drama Korea, atau lainnya meski sudah sangat mengantuk? Bisa jadi kamu melakukan revenge bedtime procrastination.
Lantas, mengapa perempuan lebih rentan melakukan hal tersebut? Simak dulu definisi dan serba-serbi tentang revenge bedtime procrastination seperti merangkum Sleep Foundation di bawah ini!
Apa itu Revenge Bedtime Procrastination?
Revenge bedtime procrastination terjadi saat seseorang memilih begadang untuk melakukan aktivitas menyenangkan, seperti menonton drama, berselancar di media sosial, atau sekadar scroll tanpa tujuan. Pilihan ini biasanya muncul sebagai "balas dendam" setelah seharian penuh dihabiskan untuk pekerjaan atau tanggung jawab lain, tanpa ada ruang untuk diri sendiri.
Fenomena ini kian populer setelah istilah aslinya dari bahasa Mandarin viral di media sosial. Orang-orang merasa begadang adalah cara mereka "merebut kembali" kendali atas waktu pribadi yang hilang akibat tekanan kerja atau aktivitas sehari-hari.
Mengapa Perempuan Lebih Rentan?
Walau siapapun bisa terjebak dalam pola ini, ada penelitian menunjukkan bahwa perempuan cenderung lebih rentan mengalaminya dibandingkan laki-laki. Berikut beberapa alasannya:
1. Tuntutan Peran Ganda: Selain pekerjaan formal, perempuan sering memikul tanggung jawab domestik dan pengasuhan anak. Akibatnya, waktu luang untuk diri sendiri baru tersedia di malam hari, setelah semua tugas selesai.
Baca Juga: Alasan Mengapa Tidur Siang Itu Penting, Terutama untuk Perempuan
2. Tingkat Stres yang Lebih Tinggi: Pandemi COVID-19 pernah memperparah situasi ini. Banyak perempuan mengalami peningkatan jam kerja (termasuk work from home) sekaligus berkurangnya waktu santai, sehingga mereka mencari "pelarian" saat malam tiba.
3. Kelelahan Mental dan Self-Control Menurun: Secara psikologis, kemampuan mengontrol diri cenderung melemah saat malam hari. Setelah seharian penuh mengerjakan banyak hal, godaan untuk "memanjakan diri" dengan hiburan malam menjadi sulit ditolak.
Dampak Buruknya Tidak Main-Main
Meskipun terasa menyenangkan sesaat, pola tidur yang terganggu bisa memicu masalah kesehatan serius, seperti:
- Penurunan konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan mengambil keputusan.
- Risiko kelelahan di siang hari yang mempengaruhi produktivitas.
- Gangguan emosi seperti mudah marah, cemas, atau bahkan depresi.
- Risiko jangka panjang seperti penyakit jantung, diabetes, dan gangguan mental.
Lebih buruknya, kurang tidur juga bisa memperparah kesulitan mengendalikan impuls, membuat kebiasaan begadang makin sulit dihentikan.
Bagaimana Mengatasinya?
Agar tidak terjebak dalam lingkaran revenge bedtime procrastination, berikut beberapa langkah yang bisa dicoba:
- Tetapkan jadwal tidur dan bangun yang konsisten, termasuk di akhir pekan.
- Batasi konsumsi kafein dan alkohol di sore hingga malam hari.
- Matikan perangkat elektronik setidaknya 30 menit sebelum tidur.
- Bangun rutinitas malam yang menenangkan, seperti membaca buku atau meditasi ringan.
- Ciptakan suasana kamar yang nyaman: gelap, tenang, dan dengan kasur yang mendukung tidur nyenyak.
Jika kebiasaan ini sudah sulit dikendalikan dan mengganggu aktivitas sehari-hari, jangan ragu berkonsultasi dengan tenaga medis atau ahli tidur.
Revenge bedtime procrastination sebenarnya merupakan bentuk perlawanan halus terhadap tekanan hidup yang padat — dan perempuan, dengan berbagai peran yang diemban, memang lebih rentan jatuh dalam pola ini.
Mengenali gejalanya sejak dini dan menerapkan pola tidur sehat adalah kunci agar tubuh dan pikiran tetap terjaga optimal.
Baca Juga: Rentan Dialami Perempuan, Sulit Tidur di Malam Hari Meski Tubuh Lelah
(*)