Tujuan Terkait

Ini Perjalanan Dr. Widiastuti Setyaningsih Meneliti Bunga Pisang untuk Jaga Kesehatan Mental

Citra Narada Putri - Rabu, 20 Maret 2024
Penelitian Dr. Widiastuti Setyaningsih, peneliti dan dosen UGM yang memenangkan dana hibah L'Oreal-UNESCO for Women in Science.
Penelitian Dr. Widiastuti Setyaningsih, peneliti dan dosen UGM yang memenangkan dana hibah L'Oreal-UNESCO for Women in Science. (Dok. Fausta Bayu/L'Oreal Indonesia)

Parapuan.co - Tahun lalu, L’Oréal-UNESCO For Women in Science telah memenangkan empat perempuan peneliti Indonesia, dengan memberikan pendanaan riset senilai Rp100.000.000.

Keempat perempuan peneliti tersebut mengusung penelitian dengan memanfaatkan potensi biodiversitas yang menghadirkan berbagai terobosan inovatif di bidang ketahanan pangan dan kesehatan yang berkelanjutan.

Pada tahun 2023, dengan memanfaatkan potensi keanekaragaman hayati Indonesia, keempat proposal penelitian National Fellows L'Oréal-UNESCO For Women In Science 2023 menghadirkan terobosan di bidang ketahanan pangan dan kesehatan. 

Dipercaya sumber biodiversitas ini umumnya dapat terurai secara alami, lebih ramah lingkungan, dan memiliki potensi untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. 

Di antara keempat perempuan peneliti yang mendapatkan dana hibah dari L’Oréal-UNESCO For Women in Science, salah satunya adalah Dr. Widiastuti Setyaningsih S.T.P., M.Sc, peneliti dan dosen dari Universitas Gadjah Mada.

Penelitian yang diajukan oleh Dr. Widiastuti ke L’Oréal-UNESCO For Women in Science 2023 ini adalah pemanfaatan dari bunga pisang untuk digunakan sebagai bahan pangan fungsional untuk menjaga kesehatan mental.

Menariknya lagi, Dr. Widiastuti adalah orang pertama yang melaporkan penelitian tentang komponen antidepresan dalam bunga pisang yang baik untuk menjaga kesehatan mental. 

Perjalanan Penelitian Dr. Widiastuti Setyaningsih

Di tahun 2018, perempuan yang akrab dipanggil Dr. Widi ini sudah lebih dulu meneliti tentang kandungan dalam edible flower atau bunga yang dapat dikonsumsi dan pengaruhnya terhadap kesehatan mental. 

Baca Juga: Agustine Christela Melviana: Perempuan sebagai Peneliti di Bioteknologi Punya 3 Kelebihan Ini

Rupanya, penelitian tersebut juga sudah pernah diajukan oleh Dr. Widi dalam program L’Oreal-UNESCO for Women in Science di tahun yang sama, namun belum berhasil mendapatkan dana hibah.

“Saat itu usulan research saya masih eksplorasi komponen aktif beragam bunga edible sebagai basis bahan pangan fungsional,” cerita Dr. Widi saat wawancara eksklusif dengan PARAPUAN (15/3/2024).

Kendati pun belum mendapatkan pendanaan, ia tetap melanjutkan penelitian terhadap berbagai jenis edible flower.

Mulai dari edible flower seperti bunga hias (rosela, telang, mawar) maupun bunga dari pohon berbuah (pisang).

“Akhirnya didapatkan beragam komponen aktif yang unik di masing-masing jenis bunga, kurang lebih 30-an jenis bunga edible yang juga sudah kami laporkan publikasinya di lima paper jurnal internasional bereputasi sejak tahun 2018 itu,” cerita Dr. Widi.  

Dari sampel bunga pisang yang dikumpulkan, barulah kemudian ditemukan adanya banyak komponen bioaktif antidepresan.

“Ini jumlahnya sangat tinggi, bahkan lebih tinggi dari yang biasa dikonsumsi masyarakat global yang mengonsumsi chamomile untuk penenang. Ini di bunga pisang levelnya lebih tinggi, sehingga potensial untuk dikembangkan sebagai bahan pangan fungsional, untuk kesehatan mental,” jelas Dr. Widi lagi.  

Riset yang spesifik membahas komponen bioaktif dari bunga pisang inilah yang akhirnya membawa Dr. Widi sebagai pemenang dana hibah pada L’Oreal-UNESCO for Women in Science 2023. 

Dan kini, dari penelitian yang sudah berjalan 30 persen tersebut, dipaparkan oleh Dr. Widi bahwa sudah bisa mengidentifikasi komponen antidepresan dan komponen terkait yang ada di bunga pisang.

Baca Juga: Bentuk Dukungan L'Oreal dan UNESCO pada Peneliti Perempuan di Indonesia

“Tim kami juga sudah mendapatkan komposisi pelarut dan kondisi ekstraksi yang tepat untuk mengambil komponen-komponen tersebut dari bunga pisang. Kalau saat ini sedang persiapan pengujian dosis untuk penentuan kadar ekstrak dari bahan kering bunga pisang yang efektif dalam menjaga kesehatan mental,” jelas Dr. Widi. 

Selanjutnya, nanti akan mengembangkan produk pangan fungsionalnya hingga hilirisasi produksi melalui kolaborasi dengan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Yogyakarta dan sekitarnya.

“Nantinya goal akhir riset ini tim kami ingin dapat menyediakan pangan fungsional yang available di market untuk menjaga kesehatan mental masyarakat,” tambahnya lagi. 

Bukannya tanpa alasan, menurut Dr. Widi, pemanfaatan bunga pisang sebagai bahan pangan fungsional akan berpeluang manis.

Terlebih lagi di Indonesia, sebagai tempat yang subur tumbuhnya pohon pisang dan memiliki banyak varietas. 

“Varietas (pisang) sangat beragam. Yang kita periksa baru tujuh, padahal kita punya banyak sekali. Sudah kita kumpulkan lagi enam varietas lain dan mungkin akan lebih bertambah lagi,” jelasnya. 

Tak terbayangkan jika nantinya penelitian ini selesai, akan ada banyak masyarakat Indonesia yang terbantukan untuk menjaga kesehatan mentalnya. 

Yaitu melalui pangan fungsional dari bunga pisang yang mudah ditemui di lingkungan sekitar kita.

Baca Juga: Hari Internasional Perempuan dan Anak Perempuan dalam Sains: Sebuah Upaya untuk Kesetaraan Gender

Harapan Memberdayakan Perempuan

Kemenangan Dr. Widiastuti dalam program L’Oreal-UNESCO for Women in Science 2023 ini ia maknai lebih dari sekadar menerima dana hibah untuk penelitiannya. 

Ada harapan pemberdayaan yang ingin ia wujudkan dengan menjadi pemenang dalam program yang telah dilakukan oleh L’Oreal dan UNESCO sejak 2004 ini. 

“Platform L’Oreal-UNESCO for Women in Science ini kan prestise sekali, sehingga dengan mendapatkan dana hibah, semoga saya bisa memberikan inspirasi kepada perempuan muda peneliti, spesifiknya di lingkungan kampus yang dekat dengan saya untuk bisa lebih produktif dalam berkarya,” harap Dr. Widi.

Selain itu juga, melalui dana hibah yang diberikan dapat menunjang pelaksanaan riset yang nanti juga dikerjakan tim peneliti, yang mana proporsi perempuan penelitinya cukup banyak, sehingga ini bisa menjadi sarana pengembangan diri mereka.

“Lebih jauh lagi, nantinya saat implementasinya, juga akan melibatkan banyak partisipasi perempuan dalam pengembangan dan produksi pangan fungsional untuk masyarakat,” tutupnya.

(*)

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.