Tayang 22 Februari, Film Women From Rote Island Sumbangkan Pendapatan untuk Korban Kekerasan Seksual

Rizka Rachmania - Selasa, 20 Februari 2024
Film Women From Rote Island tayang di bioskop mulai 22 Februari 2024, akan menyumbangkan 2,5 persen pendapatan untuk korban kekerasan seksual.
Film Women From Rote Island tayang di bioskop mulai 22 Februari 2024, akan menyumbangkan 2,5 persen pendapatan untuk korban kekerasan seksual. instagram/womenfromroteisland

Parapuan.co - Film Women From Rote Island akan mulai tayang di bioskop Indonesia pada 22 Februari 2024 setelah berkeliling ke berbagai negara dan festival film.

Film Women From Rote Island kabarnya akan menyumbangkan 2,5 persen pendapatannya untuk korban kekerasan seksual.

Hal tersebut disampaikan oleh Rizka Shakira, produser film Women From Rote Island pada acara press screening dan press conference, di Jakarta Selatan, Jumat, (16/2/2024).

Rizka mengatakan bahwa 2,5 persen dari pendapatan yang didapat film Women From Rote Island akan disumbangkan untuk korban kekerasan.

"Jadi kita masih memberlakukan 2,5 persen dari pendapatan kita untuk para korban kekerasan seksual," ucap Rizka Shakira.

Rizka pun menyampaikan bahwa film Women From Rote Island memang diharapkan bisa membantu menghentikan kekerasan terhadap perempuan.

"Film ini seperti saya bilang, semoga dengan film ini kalau bisa men-stop kekerasan seksual," ujarnya.

Angkat Kisah Perempuan Korban Kekerasan Seksual

Film Women From Rote Island yang disutradarai oleh Jeremias Nyangoen memaparkan tentang realita perempuan dalam menghadapi kekerasan seksual.

Baca Juga: 5 Fakta Film Women From Rote Island, Peraih Film Cerita Panjang Terbaik FFI 2023

Film ini menggambarkan bagaimana perempuan memperjuangkan hak-haknya dalam menghadapi kekerasan seksual yang terjadi di Indonesia Timur.

Terlepas dari alam Indonesia Timur yang sangat indah, masih tersimpan kisah pilu para korban kekerasan terhadap perempuan.

Kisah dalam film ini merupakan perjuangan seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang kembali ke kampung halamannya, Pulau Rote.

Ia pulang dalam keadaan depresi berat akibat kekerasan seksual yang dialaminya.

Cerminkan Kondisi di Pulau Rote

Film produksi Bintang Cahaya Sinema dan Langit Terang Sinema ini sekaligus mencerminkan kondisi di Pulau Rote.

Penonton akan diajak menyaksikan keadaan sistem hukum, kondisi sosial, dan budaya yang masih menghadang upaya untuk memberikan keadilan pada korban.

Cerita dalam film Women From Rote Island pun makin kuat dengan hadirnya para pemain yang asli berasal dari Pulau Rote, salah satunya Linda Adoe.

Ia mengatakan bahwa Women From Rote Island bukan sekadar film, melainkan panggilan hati untuk menyuarakan realita kehidupan.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Film Indonesia yang Suarakan Beragam Isu Kekerasan terhadap Perempuan

"Ikut bangga rasanya bisa jadi bagian dari film yang sangat kuat pesannya seperti ini, karena bisa memberi pandangan baru dan menginspirasi penonton untuk peduli terhadap isu kekerasan seksual yang masih terjadi," ucapnya.

Upaya Tingkatkan Kewaspadaan akan Kekerasan Seksual

Jeremias Nyangoen selaku sutradara menyampaikan harapan dirinya akan film ini.  

"Dengan tayangnya film ini, saya berharap penonton tidak hanya terhibur, tetapi juga lebih terbuka terhadap isu-isu sensitif seperti isu kekerasan," ungkapnya.

Ia berharap film Women From Rote Island bisa jadi pengingat untuk lebih dekat dengan keluarga.

"Jadi lebih sadar betapa pentingnya keluarga untuk cerewet dan memperhatikan anak-anaknya, keponakannya, cucu-cucunya, karena potensi kekerasan biasanya bermula dari keluarga," tambahnya.

Jeremias pun mengingatkan bahwa kekerasan tidak hanya terjadi pada perempuan, tapi juga anak laki-laki yang turut berpotensi jadi korban.

Begitu pun dengan pelaku, tidak selalu laki-laki, tapi juga perempuan.

Women From Rote Island, Film Cerita Panjang Terbaik Festival Film Indonesia (FFI) 2023, akan tayang di bioskop 22 Februari 2024, pastikan Kawan Puan menyempatkan untuk nonton, ya!

Baca Juga: Sinopsis Film Women From Rote Island, Lantang Suarakan Isu Kekerasan terhadap Perempuan

(*)

Penulis:
Editor: Rizka Rachmania